Berita Islami Masa Kini (BIMK) adalah sebuah komunitas yang beranggotakan organisasi-organisasi anggota, Driver Printer Panasonic, Brother, Driver Canon, Kyocera, Ricoh, Driver printer konika, dan masyarakat umum yang bekerja sama dalam mengembangkan standar Web Driver, Berita islam terkini, kumpulan situs berita islam ummat di indonesia

Selasa, 21 Maret 2023

Biografi Fatimah Az Zahra (RA)

Kisah Fatimah Az Zahra (RA) Bikin Nangis

Kelahirannya:

Fatimah binti Mohammad (RA), yang terkenal dengan sebutan Fatimah Az Zahra (RA), adalah putri keempat dan putri kesayangan Rasulullah (S.A.W.). Fatimah Az Zahra (RA) lahir di Makkah, lima tahun sebelum kenabian Rasulullah (S.A.W.) (sekitar tahun 615 M). Ibunya adalah Khadijah Binti Khuwailid (RA), istri pertama Rasulullah SAW. Bersama Maryam (ibu Isa AS), Khadijah (RA) dan Asiah (istri Firaun), Fathimah (RA) adalah yang paling murni dan terbaik di antara para wanita (HR. Tirmidzi: 3878).

Biografi Fatimah Az Zahra (RA)

Saudari-saudari dan Saudara-saudaranya:

Fatimah Az Zahra (RA) memiliki tiga saudara perempuan, Zainab (RA), Ummu Kulthum (RA) dan Ruqayyah (RA). Dia juga memiliki tiga saudara laki-laki bernama Qasim (RA), Abdullah (RA) dan Ibrahim (RA), namun semua saudara laki-lakinya meninggal di masa kanak-kanak.

Kehidupan Awal Beliau:

Fatimah Az Zahra (RA) dirawat oleh ibunya dan dibesarkan oleh ayahnya (S.A.W.) di rumah Nabi (S.A.W.), yang bertentangan dengan kebiasaan setempat pada waktu itu di mana bayi yang baru lahir dikirim ke "suster" di desa-desa sekitarnya. Dia menghabiskan masa mudanya di bawah asuhan orang tuanya di Makkah dan memperoleh perilaku yang baik dari orang tuanya. Ketika ia berusia lima tahun, terjadi perubahan besar dalam kehidupan ayahnya (S.A.W.) saat ia diutus sebagai seorang Rasul kepada seluruh umat manusia. Setelah Rasulullah S.A.W. menyatakan kenabiannya, Fathimah R.A. mengalami banyak kesulitan dan masalah. Di antara masalah berat yang ia hadapi adalah pengepungan di lembah Abu Thalib di mana ia menderita kelaparan dan kehausan berdampingan dengan ayahnya (S.A.W.) dan umat Islam awal. 

Kewafatan ibunya, Khadijah RA:

Ketika pengepungan Abu Thalib berakhir, Fatimah (RA) mengalami kesedihan yang mendalam karena kewafatan ibunya, Khadijah (RA). Fatimah (RA) merasa sangat sulit untuk mengatasi rasa kehilangan dan kesedihan atas kematian ibunya. Untuk menghiburnya, Nabi S.A.W. memberitahukan kepadanya bahwa ia telah menerima kabar dari malaikat Jibril bahwa Allah telah membangun sebuah istana di surga untuk ibunya. 

Hijrahnya ke Madinah dan Pernikahannya dengan Ali RA:

Fathimah (RA) dan saudara perempuannya Ummu Kulthum (RA) tetap tinggal di Makkah ketika kaum Muslimin hijrah ke Madinah. Kemudian Nabi S.A.W. mengutus seorang sahabat untuk membawa mereka ke Madinah. Saat itu ia berusia delapan belas tahun. 

Setelah Perang Badar, banyak sahabat Nabi (S.A.W.) yang bertunangan dengan Fatimah (R.A.) seperti Abu Bakar Siddiq (R.A.) dan Umar bin Khattab (R.A.), namun Nabi (S.A.W.) dengan baik hati meminta maaf kepada mereka dan mengatakan bahwa beliau (S.A.W.) sedang menunggu sebuah tanda dari Allah. Kemudian Ali bin Abu Thalib (R.A.) datang dan meminta Nabi (S.A.W.) untuk menikahkannya. Rasulullah (S.A.W.) menikahkannya dengan Ali (R.A.) ketika dia berusia delapan belas tahun. Ali (RA) tidak memiliki apa-apa untuk dibayar sebagai mahar (Mehr) kecuali perisai, yang merupakan pemberian Nabi kepadanya.

Ali (RA) menjual perisainya kepada Utsman bin Affan (RA) dengan imbalan empat ratus tujuh puluh dirham, untuk memberikan harga tersebut sebagai mahar kepada Nabi (S.A.W.). Kemudian Nabi S.A.W. membayar mahar tersebut kepada Bilal (R.A.) untuk membeli parfum dan memberikan sisanya kepada Ummu Salamah (R.A.) untuk membeli barang bawaan pengantin wanita.

Setelah itu, Nabi S.A.W. mengundang para sahabatnya untuk mengadakan pesta pernikahan. Setelah shalat Isya, Nabi S.A.W. mendatangi kedua mempelai. Beliau S.A.W. kemudian meminta air untuk berwudhu dan menyiramkannya kepada keduanya dan berkata:

"Ya Allah, semoga Engkau memberkati mereka, limpahkanlah berkah kepada mereka dan berkahilah keturunan mereka."

Kelahiran Hassan dan Hussain (RA):

Setelah satu tahun pernikahannya dengan Ali (RA), Fathimah (RA) melahirkan cucu pertama Nabi (S.A.W.), Al-Hasan lbn Ali (RA), pada tahun ketiga setelah Hijrah. Rasulullah S.A.W. merasa senang dan mengumandangkan adzan di telinganya. Beliau (S.A.W.) juga mengunyah kurma dan mengusap mulut bayi yang baru lahir. Beliau menamainya Hassan dan pada hari ketujuh kelahirannya, beliau (S.A.W.) mencukur rambutnya dan menyedekahkan perak seberat rambutnya dan membagikannya kepada orang-orang miskin. 

Pada bulan Syaban tahun keempat Hijrah [setelah satu tahun Hassan (RA)], Fathimah (RA) melahirkan putra keduanya, Hussain bin Ali (RA). Nabi (S.A.W.) sangat menyayangi kedua cucunya. Beliau (S.A.W.) sering mengatakan bahwa mereka seperti bunga dan akan menjadi pemimpin para pemuda di Surga. Dikatakan bahwa putra ketiga, Mohsin, lahir namun meninggal pada masa kanak-kanaknya.

Ketika Allah Ta'ala mewahyukan, 

"Allah hanya bermaksud untuk menghilangkan kotoran [dosa] dari kalian, wahai orang-orang dari keluarga Nabi, dan menyucikan kalian dengan penyucian yang sempurna." (QS. Al Ahzab: 33:33)

Suatu ketika, Nabi S.A.W. sedang berada di rumah Ummu Salamah RA. Beliau (S.A.W.) memanggil Ali (RA), Fathimah (RA), Hassan (RA) dan Hussain (RA) dan menyelimuti mereka dengan kain sambil berkata:

"Ya Allah! Mereka adalah penghuni rumahku, maka hilangkanlah 'Rijs' (kekejian) dari mereka dan sucikanlah mereka dengan penyucian yang menyeluruh." (Tirmidzi: 3205)

Kelahiran Zainab binti Ali dan Ummu Kulthum binti Ali RA:

Pada tahun kelima Hijrah, Fathimah (R.A.) dan Ali (R.A.) dikaruniai Allah seorang bayi perempuan. Rasulullah S.A.W. sangat senang dan menamainya Zainab (RA). Dua tahun kemudian, Fathimah (R.A.) melahirkan seorang anak perempuan yang juga disebut Nabi sebagai Ummu Kulthum (R.A.).

Kehidupannya yang Rendah Hati:

Fathimah (RA) menjalani kehidupan yang sederhana setelah pernikahannya dengan Ali (RA) yang berbeda dengan saudara-saudaranya yang semuanya menikah dengan orang-orang kaya. Ali (RA) membangun sebuah rumah di dekat kediaman Nabi (SAW) di Madinah di mana ia tinggal bersama Fatimah (RA). Dia melakukan semua pekerjaan rumah tangga sendiri seperti membawa kendi air dari sumur, menggiling jagung dengan gilingan tangan, membuat adonan, memanggang roti, dan membersihkan rumah. Keadaan mereka baru membaik setelah Perang Khaibar ketika harta rampasan perang dibagikan kepada kaum Muslimin. Ketika keadaan ekonomi Fatimah (RA) menjadi lebih baik, ia mendapatkan beberapa pelayan/pembantu tetapi ia memperlakukan mereka seperti keluarganya sendiri dan melakukan tugas-tugas rumah bersama mereka.

Cinta Rasulullah S.A.W. kepada Fatimah (RA):

Allah memberkati Fathimah (RA) dengan memperbanyak keturunan Rasulullah (SAW). Ketika Rasulullah (S.A.W.) kembali dari perjalanan, beliau (S.A.W.) biasa melakukan shalat dua rakaat di masjid dan kemudian mengunjungi Fathimah (R.A.) sebelum istri-istrinya. Ibu dari orang-orang beriman, Aisyah (RA) berkata:

"Aku belum pernah melihat seseorang yang lebih menyerupai Nabi (S.A.W.) dalam hal kata-kata, ucapan, dan cara duduknya daripada Fathimah. Beliau terbiasa menciumnya ketika ia datang dan begitu pula Fathimah." (Al-Adab Al-Mufrad: 947) 

Hadits lain yang diriwayatkan oleh Al-Miswar bin Makhrama R.A., ia berkata:

Rasulullah S.A.W. bersabda, "Fathimah adalah bagian dari diriku, dan barangsiapa yang membuatnya marah, berarti ia telah membuatku marah." (Sahih Bukhari: 3767)

Namun, Rasulullah S.A.W. menarik perhatian putri tercintanya dan orang lain akan pentingnya amal saleh. Suatu hari beliau memanggil,

"Wahai Fatimah binti Mohammad! Aku tidak memiliki kekuatan untuk membantumu sama sekali di hadapan Allah! Mintalah kepadaku apa saja yang engkau inginkan dari hartaku." (HR. Tirmidzi: 3184)

Sebagaimana diriwayatkan oleh Tsauban r.a. bahwa Nabi S.A.W., suatu ketika, memasuki rumah Fatimah r.a. ditemani oleh saya. Dia mengenakan kalung/rantai emas. Ketika Rasulullah S.A.W. bertanya kepadanya tentang hal itu, ia berkata, "Ini diberikan kepadaku oleh Abu Hasan sebagai hadiah. Kemudian Rasulullah S.A.W. bersabda: "Wahai Fatimah, apakah kamu ingin orang-orang mengatakan bahwa putri Rasulullah S.A.W. memiliki kalung dari api? Kemudian beliau S.A.W. keluar tanpa duduk. Kemudian, Fatimah (R.A.) mengirim rantai tersebut ke pasar dan menjualnya, lalu ia membeli seorang budak dengan uang tersebut, dan memerdekakan budak itu. Ketika Nabi S.A.W. mengetahui apa yang telah dilakukannya, beliau berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan Fatimah dari api neraka." (Sunan An-Nasai: 5140)

Hadis tentang seorang wanita Makhzumi (salah satu suku Quraisy) yang melakukan pencurian. Suku Quraisy meminta Usamah bin Zaid (RA) untuk berbicara dengan Nabi (S.A.W.) atas nama mereka untuk memaafkan wanita itu. Ketika Usamah bin Zaid (RA) berbicara dengan Rasulullah (S.A.W.), Beliau (S.A.W.) berkata, "Aku bersumpah demi Allah bahwa jika Fatimah putri Muhammad mencuri, aku akan memotong tangannya." (Abu Dawud: 4373)

Keutamaan Mengagungkan Allah:

Ketika Ali (RA) menyadari bahwa istrinya Fatimah (RA) lelah karena bekerja dan melakukan semua pekerjaan rumah lainnya, ia menawarkannya untuk meminta seorang pembantu kepada ayahnya, Nabi (SAW). Fathimah (RA) pergi ke rumah ayahnya (SAW). Nabi S.A.W. menyambutnya dan bertanya, "Mengapa engkau datang, putriku?" Dia menjawab, "Aku hanya datang untuk menyapa Anda." Dia sangat malu sehingga dia tidak bisa menanyakan apa yang dia inginkan. Setelah beberapa waktu, Fathimah (RA) pergi lagi menemui Rasulullah (S.A.W.) ditemani oleh suaminya, Ali (RA). Ali r.a. menjelaskan masalah Fathimah r.a. kepada Rasulullah s.a.w.. Mendengar hal tersebut, Rasulullah S.A.W. menolak permintaan putri tercintanya. Setelah mendengar keputusan Rasulullah S.A.W., Fathimah R.A. dan Ali R.A. kembali ke rumah. Suatu hari, Nabi S.A.W. mengunjungi mereka dan bertanya, "Maukah kalian saya arahkan kepada sesuatu yang lebih baik dari apa yang telah kalian minta?" Mereka menjawab ya. Beliau (S.A.W.) bersabda:

"Ketika kalian pergi tidur, ucapkanlah 'Subhanallah' sebanyak tiga puluh tiga kali, 'Al hamduli l-lah' sebanyak tiga puluh tiga kali, dan 'Allahu Akbar' sebanyak tiga puluh empat kali, karena hal itu lebih baik untuk kalian daripada seorang pelayan."

Ali r.a. berkata, "Demi Allah, aku tidak pernah lalai untuk membacanya sejak aku mengetahuinya dari Rasulullah S.A.W.. Seseorang bertanya, "Bahkan pada malam pertempuran Siffin?" Ali (RA) menjawab, "Bahkan pada malam pertempuran Siffin." 

(Referensi Hadis: Sahih Bukhari: 5361 dan Sahih Bukhari: 5362)

Fathimah (RA) melewati banyak cobaan dan kesulitan hidup. Beliau ditimpa musibah kematian ibu dan saudara perempuannya, Ruqayyah, Zainab dan Umm Kulthum secara berturut-turut. Beliau juga mengalami hidup dalam kemiskinan dan kekurangan dengan penuh kesabaran. Namun, beliau tidak menyerah pada kesedihan atau kekecewaan.

Wafatnya Rasulullah S.A.W:

Setelah Rasulullah (S.A.W.) melaksanakan ibadah haji wada', beliau (S.A.W.) jatuh sakit. Fathimah (RA) pergi mengunjungi ayahnya (S.A.W.) di rumah Aisyah (RA).

Nabi (S.A.W.) menyambutnya dan menyuruhnya duduk di sebelah kanan atau di sebelah kirinya, lalu beliau (S.A.W.) memberitahukan sebuah rahasia kepadanya. Setelah mendengarnya, Fathimah (R.A.) mulai menangis. Setelah melihat hal ini, Nabi (S.A.W.) membisikkan lagi ke telinganya dan dia mulai tertawa. Aisyah (RA) berkata, "Aku tidak pernah melihat kebahagiaan yang begitu dekat dengan kesedihan seperti yang kulihat hari ini." Dia juga bertanya kepada Fatimah (RA) apa yang dikatakan Nabi (S.A.W.) kepadanya. Fathimah (R.A.) menjawab, "Aku tidak akan pernah mengungkapkan rahasia Rasulullah (S.A.W.)."

Ketika Rasulullah S.A.W. wafat, Aisyah r.a., sekali lagi, bertanya kepada Fatimah r.a., "Maukah kamu memberitahukan kepadaku apa yang dibisikkan oleh Rasulullah S.A.W. kepadamu?  Fathimah (R.A.) menjawab, "Sekarang aku bisa." Adapun untuk pertama kalinya, beliau (S.A.W.) berkata, "Setiap tahun, Jibril (Jibril) biasanya merevisi Al-Quran bersamaku hanya sekali, tetapi tahun ini ia melakukannya dua kali. Jadi saya berpikir bahwa saya akan segera meninggal dan Anda akan menjadi orang pertama dari keluarga saya yang meninggal setelah keluarga saya (yang mengikuti saya)." Jadi setelah mendengar hal ini, saya mulai menangis. Tetapi ketika beliau (S.A.W.) menyadari kesedihanku, beliau (S.A.W.) berkata kepadaku, "Fathimah, apakah engkau ingin menjadi pemimpin dari semua wanita di surga atau pemimpin dari para wanita mukminah?" lalu aku tersenyum. 

(Referensi Hadis: Sahih Bukhari: 3623 & Sahih Bukhari: 3624)

Ketika penyakit Nabi (S.A.W.) semakin parah, beliau (S.A.W.) tidak sadarkan diri. Karena kesedihannya, Fathimah (R.A.) berkata, "Kesusahan apa yang sedang melanda ayahku? Nabi S.A.W. berkata, "Ayahmu tidak akan mengalami kesusahan lagi setelah hari ini."

Ketika Rasulullah S.A.W. wafat, ia berkata, "Ayahku, Allah telah memanggilmu kembali dan engkau telah menjawab panggilan-Nya. Wahai ayah! Taman Firdaus adalah tempat tinggalmu. Wahai Ayah! Kami sampaikan berita ini (kematianmu) kepada Jibril."

Setelah Nabi S.A.W. dikuburkan, ia berkata kepada Anas r.a., "Wahai Anas, apakah kamu puas sekarang setelah kamu menimbun tanah di atas kuburan Rasulullah S.A.W.?"  

(Referensi Hadis: Sahih Bukhari: 4462)

Kemudian Fathimah (RA) menangis dan begitu pula seluruh umat Islam, namun mereka teringat akan firman Allah:

"Muhammad (S.A.W.) tidak lain hanyalah seorang Rasul, dan sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul." (Surat Al-Imran 3:144)

"Dan Kami tidak mengaruniakan keabadian kepada seorang manusia pun sebelum kamu (wahai Muhammad S.A.W.), maka jika kamu mati, apakah mereka akan hidup selama-lamanya?" (Surat Anbiya 21:34)

Kewafatan Fathimah (RA):

Fathimah jatuh sakit segera setelah wafatnya Rasulullah S.A.W. Ia meninggal pada tahun kesebelas Hijriah. Bulan kematiannya tidak diketahui. Dia berusia dua puluh tujuh tahun pada saat kematiannya. Tempat pemakamannya juga tidak diketahui. 

Baca juga 3 TIPS PENTING UNTUK MEMPERSIAPKAN RAMADAN 2023

Semoga Allah merahmati Fathimah binti Mohammad. AMIN

Biografi Fatimah Az Zahra (RA) Diposkan Oleh:

0 comments:

Posting Komentar