Hak Sesama Muslim (Mari Tebarkan Salam)

Hak Sesama Muslim (Mari Tebarkan Salam)

Menebar Kasih, Menyambung Ukhuwah, dan Menjalankan Sunnah Rasulullah ﷺ

Pendahuluan

Islam bukan hanya sekadar agama ibadah ritual, tetapi juga agama kasih sayang, persaudaraan, dan adab mulia antar manusia — terutama antar sesama Muslim. Dalam kehidupan sehari-hari, hubungan antara satu Muslim dengan Muslim lainnya tidak bisa dilepaskan dari nilai-nilai akhlak, empati, dan tanggung jawab sosial. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Hak seorang Muslim atas Muslim lainnya ada enam.”
Para sahabat bertanya, “Apakah itu, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “(1) Jika engkau bertemu dengannya, maka ucapkanlah salam.
(2) Jika dia mengundangmu, maka penuhilah undangannya.
(3) Jika dia meminta nasihat, maka berilah nasihat.
(4) Jika dia bersin lalu memuji Allah, maka doakanlah dia (dengan ucapan yarhamukallah).
(5) Jika dia sakit, maka jenguklah dia.
(6) Jika dia meninggal dunia, maka antarkanlah jenazahnya.”
(HR. Muslim no. 2162)

Hadis ini menjadi dasar penting dalam memahami apa yang disebut dengan “hak sesama Muslim” — hak yang bukan hanya berbentuk materi, tetapi juga akhlak dan perhatian sosial.
Di antara keenam hak tersebut, ucapan salam disebut pertama kali. Bukan tanpa alasan: salam adalah jembatan kasih dan perdamaian dalam Islam.


Makna dan Filosofi Salam

Kata salam berasal dari bahasa Arab salāmah, yang berarti keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan. Ketika seorang Muslim mengucapkan,
“Assalāmu ‘alaikum”, artinya ia sedang mendoakan: “Semoga keselamatan dan rahmat Allah tercurah atasmu.”

Ucapan salam bukan sekadar sapaan formal, tetapi doa tulus yang keluar dari hati. Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa salam adalah simbol cinta, tanda keimanan, dan pembuka kedamaian di antara umat.

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai.
Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian melakukannya, kalian akan saling mencintai?
Tebarkanlah salam di antara kalian.”
(HR. Muslim no. 54)

Hadis ini menunjukkan bahwa menebar salam adalah salah satu cara paling sederhana namun paling mulia untuk menumbuhkan cinta dan memperkuat ukhuwah Islamiyah.


Mengapa Salam Disebut Hak Sesama Muslim

Menebar salam adalah hak karena:

  1. Salam adalah doa kebaikan.
    Setiap kali kita mengucapkan salam, kita sedang mendoakan orang lain agar mendapatkan rahmat, perlindungan, dan keberkahan dari Allah.
    Ini berarti setiap Muslim berhak untuk didoakan kebaikan oleh sesama saudaranya.

  2. Salam menandakan pengakuan dan penghormatan.
    Mengucapkan salam berarti kita mengakui keberadaan orang lain dan menghormatinya sebagai saudara seiman.
    Sebaliknya, mengabaikan salam dapat dianggap bentuk keangkuhan.

  3. Salam menjaga hubungan sosial.
    Dalam Islam, hak sosial adalah bagian dari ibadah.
    Dengan menebarkan salam, kita membangun jembatan persaudaraan dan mengikis permusuhan.

  4. Salam menumbuhkan rasa aman dan damai.
    Kata salam itu sendiri membawa makna kedamaian.
    Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa seorang Muslim sejati adalah orang yang membawa kedamaian bagi orang lain.

    “Seorang Muslim adalah orang yang kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)


Etika Memberi dan Menjawab Salam

Islam mengatur adab salam dengan sangat rinci dan penuh hikmah. Ini menunjukkan betapa pentingnya interaksi sosial dalam pandangan agama.

1. Siapa yang memulai salam

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Yang muda hendaknya memberi salam kepada yang tua, yang berjalan kepada yang duduk, dan kelompok yang sedikit kepada kelompok yang banyak.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Aturan ini melatih umat Islam agar terbiasa dengan kerendahan hati dan penghormatan kepada sesama.

2. Menjawab salam adalah kewajiban

Allah Ta‘ala berfirman dalam Al-Qur’an:

“Apabila kamu diberi salam dengan suatu salam, maka balaslah dengan yang lebih baik, atau balaslah dengan yang serupa.”
(QS. An-Nisā’: 86)

Artinya, menjawab salam bukan sekadar sopan santun, melainkan kewajiban syar‘i.
Bila seseorang mengucap “Assalāmu ‘alaikum”, maka jawaban minimalnya adalah “Wa‘alaikumus-salām”.
Namun, yang lebih baik lagi adalah menambah doa seperti:

“Wa‘alaikumus-salām wa rahmatullāhi wa barakātuh.”

Semakin panjang dan tulus jawabannya, semakin besar pula pahala yang diperoleh.

3. Bersalaman dengan tangan

Setelah memberi salam, disunnahkan berjabat tangan jika dilakukan dengan niat baik dan tanpa maksiat.
Rasulullah ﷺ bersabda:

“Tidaklah dua orang Muslim bertemu, kemudian mereka berjabat tangan, melainkan dosa keduanya akan diampuni sebelum mereka berpisah.”
(HR. Abu Dawud, Tirmidzi)

Bersalaman melengkapi ucapan salam sebagai bentuk nyata kasih sayang dan keakraban.


Salam Sebagai Penebar Kedamaian Sosial

Di tengah masyarakat modern yang cenderung individualistis, tradisi memberi salam mulai jarang dilakukan.
Orang lebih sibuk dengan gawai, sibuk menunduk pada layar daripada menyapa orang di sampingnya.
Padahal, menebar salam adalah cara paling mudah menumbuhkan rasa kebersamaan.

Ketika seseorang mengucapkan salam kepada orang lain, bahkan kepada orang yang belum dikenal, maka terbuka peluang untuk menumbuhkan hubungan baru, menghapus prasangka, dan menumbuhkan senyum.

Salam di tempat umum

Islam menganjurkan untuk menebar salam bukan hanya kepada orang yang dikenal.

“Ucapkanlah salam kepada orang yang kamu kenal maupun yang tidak kamu kenal.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Ini menunjukkan universalitas salam: ia bukan milik kelompok tertentu, melainkan simbol cinta universal bagi sesama Muslim.

Salam dalam dunia digital

Di era media sosial, bentuk salam bisa dilakukan melalui pesan, status, atau komentar.
Mengawali komunikasi dengan ucapan seperti “Assalamu’alaikum” tetap membawa pahala dan semangat ukhuwah, meski disampaikan lewat tulisan.


Menebar Salam = Menebar Cinta

Jika salam dilakukan dengan hati yang tulus, ia menjadi energi positif yang menular.
Orang yang terbiasa memberi salam akan mudah dicintai, dihormati, dan dipercaya.
Sebaliknya, orang yang pelit salam cenderung tampak dingin dan jauh dari hati orang lain.

Menebar salam bukan hanya ibadah sosial, tapi juga strategi dakwah yang lembut.
Ketika seorang Muslim menebar salam di lingkungan yang beragam, ia sedang memperlihatkan wajah Islam yang damai, lembut, dan penuh kasih.

Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

“Sebarkanlah salam, berilah makan, sambunglah silaturahmi, shalatlah ketika orang lain tidur, niscaya kamu akan masuk surga dengan selamat.”
(HR. Tirmidzi)


Hak-Hak Sesama Muslim: Sebuah Rangkaian

Walau artikel ini menyoroti tebarkan salam, penting juga memahami lima hak lain yang menjadi satu kesatuan.
Masing-masing hak adalah bentuk manifestasi cinta dan solidaritas dalam Islam:

  1. Menjawab undangan
    Menghadiri undangan berarti menghargai sesama dan mempererat persaudaraan.
    Selama undangan tidak mengandung maksiat, memenuhi undangan adalah bentuk akhlak mulia.

  2. Memberi nasihat dengan ikhlas
    Seorang Muslim wajib menasihati saudaranya ketika diminta — dengan adab, kasih, dan niat tulus.
    Nasihat adalah tanda cinta, bukan bentuk penghukuman.

  3. Mendoakan ketika bersin
    Mengucap “Alhamdulillah” setelah bersin dan dijawab “Yarhamukallah” mencerminkan kesadaran akan nikmat dan rasa syukur kepada Allah.

  4. Menjenguk orang sakit
    Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa menjenguk orang sakit mendatangkan pahala besar dan memperkuat empati sosial.
    Setiap langkah menuju rumah orang sakit dicatat sebagai pahala, dan doa kita bisa menjadi penenang bagi hatinya.

  5. Mengiringi jenazah
    Ini adalah bentuk penghormatan terakhir bagi seorang Muslim.
    Rasulullah ﷺ bersabda bahwa siapa yang mengikuti jenazah sampai dikuburkan akan mendapat dua qirath pahala — masing-masing sebesar Gunung Uhud.

Semua hak ini berpuncak pada satu nilai: ukhuwah Islamiyah, yaitu persaudaraan sejati karena Allah.


Menghidupkan Salam di Tengah Masyarakat

1. Mulailah dari diri sendiri

Biasakan memberi salam terlebih dahulu, bahkan kepada orang yang lebih muda atau orang yang belum dikenal.
Jangan menunggu orang lain menyapa. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sebaik-baik manusia adalah yang memulai salam.” (HR. Abu Dawud)

2. Ajarkan kepada anak-anak

Tanamkan budaya salam sejak dini.
Anak-anak yang terbiasa mengucapkan salam akan tumbuh menjadi pribadi yang sopan dan penuh kasih.

3. Gunakan salam dalam setiap pertemuan

Di kantor, sekolah, masjid, bahkan di jalan — jadikan salam sebagai pembuka percakapan.
Ucapkan dengan suara lembut, senyum, dan tatapan penuh penghargaan.

4. Jadikan salam sebagai branding umat Islam

Ketika umat Islam konsisten menebar salam dengan adab dan kasih, masyarakat luas akan mengenal Islam sebagai agama yang membawa kedamaian, bukan kekerasan.


Hikmah Spiritual dari Menebar Salam

  1. Mendapat pahala dan cinta Allah
    Orang yang memberi salam mendapatkan pahala doa dan cinta dari Allah serta sesama manusia.

  2. Menghapus dosa kecil
    Bersalaman setelah salam dapat menjadi sebab diampuninya dosa-dosa kecil.

  3. Menumbuhkan ketenangan hati
    Salam adalah bentuk dzikir — mengingat Allah melalui doa keselamatan.
    Orang yang terbiasa berdzikir hatinya menjadi tenang. (QS. Ar-Ra’d: 28)

  4. Menjadi pembeda umat Islam sejati
    Rasulullah ﷺ menekankan bahwa ucapan salam adalah identitas umat Islam yang harus dijaga keasliannya.
    Ia menjadi tanda kebersamaan, bukan sekadar sapaan biasa.


Penutup: Mari Tebarkan Salam

Menebar salam bukan sekadar rutinitas, melainkan manifestasi keimanan dan cinta.
Dalam setiap “Assalāmu ‘alaikum”, tersimpan doa, harapan, dan ajakan menuju kedamaian.
Jika setiap Muslim membiasakan salam, niscaya akan tercipta masyarakat yang penuh kasih, jauh dari permusuhan, dan dekat dengan ridha Allah.

Rasulullah ﷺ menegaskan dalam sabdanya:

“Sebarkanlah salam, niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Muslim)

Maka marilah kita jadikan salam bukan hanya ucapan di bibir, tetapi budaya yang hidup di hati.
Mulailah dari rumah, lingkungan, hingga dunia maya.
Sampaikan salam kepada siapa pun — karena setiap salam adalah cahaya yang menyinari ukhuwah dan memperkuat tali iman.


Di antara hak muslim terhadap muslim lain adalah menjawab salam
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah SAW. bersabda: Ada lima kewajiban bagi seorang muslim terhadap saudaranya yang muslim; menjawab salam, mendoakan orang yang bersin, memenuhi undangan, menjenguk orang sakit dan mengiring jenazah. (Shahih Muslim No.4022)

Bahkan, para Pengendara sepatutnya mengucapkan salam kepada Pejalan Kaki dan Kelompok yang beranggota lebih sedikit mengucapkan salam kepada kelompok yang beranggota lebih banyak.

Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Seorang pengendara hendaknya mengucapkan salam kepada pejalan kaki dan pejalan kaki mengucapkan salam kepada orang yang duduk dan jamaah yang beranggota lebih sedikit mengucapkan salam kepada jamaah yang beranggota lebih banyak. (Shahih Muslim No.4019)


Jadi apakah kita selaku umat muslim masih malu dan segan mengucapkan salam???
Hak Sesama Muslim(mari tebarkan salam)

Related Posts →


Open Disqus Close Disqus

This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalise ads and to analyse traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn more