يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لَا يَجْزِي
وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ وَلَا مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَالِدِهِ شَيْئًا ۚ
إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ ۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا
وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang
(pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang
anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji
Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia
memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan
kamu dalam (mentaati) Allah.
(QS: Luqman Ayat: 33)
"Janganlah kerana terlambatnya pemberian ALLAH itu
walaupun engkau telah berdoa bersungguh-sungguh menyebabkan engkau
berputus asa. Maka ketahuilah, bahawa ALLAH telah menjamin untuk
memperkenankan segala permintaanmu berdasarkan apa yang telah
dipilihkan-Nya untuk engkau, bukan atas apa yang engkau pilih untuk
dirimu, dan pada waktu yang sudah dikehendakinya untuk engkau, bukan
pada waktu yang engkau kehendaki."
-Syeikh Ibnu 'Athaillah-
Bedakan janji ALLAH SWT dengan janji syetan laknat
Sebagai orang beriman tentu kita wajib percaya atas janji itu. Hanya memang dalam prakteknya, rata-rata manusia lemah. Karenanya jika kita butuh bukti, maka buktikan saja, benar tidaknya janji itu! Bukankah Allah memberi banyak janji pada kita baik untuk dunia dan akhirat.
Hadits diatas adalah salah satunya. Benar, ndak sih, kalau kita berinfaq Allah akan memberi ganti. Dan benar, ndak sih kalau kita pelit Allah juga membuat kita semakin melarat. Tapi saya sarankan jangan membuktikan yang kedua! Bukan apa-apa. Bukankah kita sudah sering melakukannya? Bukankah kita masih susah untuk berinfaq dalam setiap keadaan? Model-model kita ini, masih tampak berat untuk berinfaq saat senang, apalagi saat susah. Berat berinfaq saat kaya, apalagi saat miskin. Kadar iman kita masih sangat jauh dengan kadar iman Umar bin Khottob dan Abu Bakar. Dua sahabat ini saling berlomba untuk berbanyak-banyakan dalam berinfaq. Bukan untuk pamer. Tapi memang semata-mata hatinya telah dipenuhi iman kepada janji Allah. Kadar iman kita juga belum sehebat Utsman bin Affan yang rela membagi 1000 ekor onta beserta seluruh muatannya, justru saat paceklik. Saat orang rela membeli barang dagangannya dengan harga tinggi dan berlipat. Mengapa demikian? Mengapa kadar iman kita jauh? Mengapa kita tidak sepeka dan sehebat mereka dalam berkorban di jalan Allah ini.
Jawabannya tidak lain karena kita takut miskin dan tidak yakin akan janji Allah. Atau belum yakin, katakanlah begitu. Kita lebih yakin akan janji setan.iya yang dijanjikan setan untuk kita? Allah berfirman: “Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (al baqarah: 268)
Itu janji setan! Menggiurkan sekali. Sedang janji Allah juga menggiurkan. Namun kita sering berburuk sangka kepada Allah dan justru berbaik sangka kepada setan. Kita lebih percaya keapda janji setan dari pada janji Allah. Mana buktinya? Buktinya tidak lain ada pada diri kita.. Yang paling banyak kita tabung adalah tabungan,bank, dan dana di dunia. Berjuta-juta,Sedang yang kita tabung untuk akhirat berapa. Sedikit, sedikit sekali! Sungguh sangat tidak sebanding dengan yang kita tabung di bank ini bagi orang kaya tentunya.
Allah SWT berfirman: “Karena itu janganlah sekali-kali kamu mengira Allah akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-raaul-Nya; sesungguhnya Allah Maha Perkasa, lagi mempunyai pembalasan.” (Ibrahim: 47). Allah juga berfirman: “ (Sebagai) janji yang sebenarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janjiNya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (ar-ruum: .
Apakah rumus kehidupan dan ketentuan Allah memang demikian. Tidak! Sama sekali tidak! Orang akan memanen apa yang ia tanam. Allah tidak akan menelantarkan orang-orang yang telah berbuat baik. Allah tidak akan mengecewakan terhadap orang-orang yang telah menyandarkan nasibnya kepada-Nya. Ia akan dijaga oleh Allah, dipelihara oleh Allah.Kemudian berikut ini ada tata cara
Bedakan janji ALLAH SWT dengan janji syetan laknat
Sebagai orang beriman tentu kita wajib percaya atas janji itu. Hanya memang dalam prakteknya, rata-rata manusia lemah. Karenanya jika kita butuh bukti, maka buktikan saja, benar tidaknya janji itu! Bukankah Allah memberi banyak janji pada kita baik untuk dunia dan akhirat.
Hadits diatas adalah salah satunya. Benar, ndak sih, kalau kita berinfaq Allah akan memberi ganti. Dan benar, ndak sih kalau kita pelit Allah juga membuat kita semakin melarat. Tapi saya sarankan jangan membuktikan yang kedua! Bukan apa-apa. Bukankah kita sudah sering melakukannya? Bukankah kita masih susah untuk berinfaq dalam setiap keadaan? Model-model kita ini, masih tampak berat untuk berinfaq saat senang, apalagi saat susah. Berat berinfaq saat kaya, apalagi saat miskin. Kadar iman kita masih sangat jauh dengan kadar iman Umar bin Khottob dan Abu Bakar. Dua sahabat ini saling berlomba untuk berbanyak-banyakan dalam berinfaq. Bukan untuk pamer. Tapi memang semata-mata hatinya telah dipenuhi iman kepada janji Allah. Kadar iman kita juga belum sehebat Utsman bin Affan yang rela membagi 1000 ekor onta beserta seluruh muatannya, justru saat paceklik. Saat orang rela membeli barang dagangannya dengan harga tinggi dan berlipat. Mengapa demikian? Mengapa kadar iman kita jauh? Mengapa kita tidak sepeka dan sehebat mereka dalam berkorban di jalan Allah ini.
Jawabannya tidak lain karena kita takut miskin dan tidak yakin akan janji Allah. Atau belum yakin, katakanlah begitu. Kita lebih yakin akan janji setan.iya yang dijanjikan setan untuk kita? Allah berfirman: “Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (al baqarah: 268)
Itu janji setan! Menggiurkan sekali. Sedang janji Allah juga menggiurkan. Namun kita sering berburuk sangka kepada Allah dan justru berbaik sangka kepada setan. Kita lebih percaya keapda janji setan dari pada janji Allah. Mana buktinya? Buktinya tidak lain ada pada diri kita.. Yang paling banyak kita tabung adalah tabungan,bank, dan dana di dunia. Berjuta-juta,Sedang yang kita tabung untuk akhirat berapa. Sedikit, sedikit sekali! Sungguh sangat tidak sebanding dengan yang kita tabung di bank ini bagi orang kaya tentunya.
Allah SWT berfirman: “Karena itu janganlah sekali-kali kamu mengira Allah akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-raaul-Nya; sesungguhnya Allah Maha Perkasa, lagi mempunyai pembalasan.” (Ibrahim: 47). Allah juga berfirman: “ (Sebagai) janji yang sebenarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janjiNya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (ar-ruum: .
Apakah rumus kehidupan dan ketentuan Allah memang demikian. Tidak! Sama sekali tidak! Orang akan memanen apa yang ia tanam. Allah tidak akan menelantarkan orang-orang yang telah berbuat baik. Allah tidak akan mengecewakan terhadap orang-orang yang telah menyandarkan nasibnya kepada-Nya. Ia akan dijaga oleh Allah, dipelihara oleh Allah.Kemudian berikut ini ada tata cara
Adab-adab berdo'a :
0 comments:
Posting Komentar