Muallaf Mendapat Hidayah Allah
Kisah Muallaf Ruben 'Abu Bakar' - Pria Atheis Menemukan Tanda Allah
Ruben 'Abu Bakar' merupakan pria berkebangsaan Australia yang awalnya adalah seorang Atheis atas didikan orangtuanya. Satu tahun yang kelam dalam hidupnya membuatnya bertanya apa arti kehidupan ini. Pertanyaan tersebut mengantarkannya pada petualangan rohani dan mulai menyelidiki beragam keyakinan. Ruben meneliti segala aspek spiritualitas dari sisi agama.
Kisah Muallaf Ruben 'Abu Bakar' - Pria Atheis Menemukan Tanda Allah
Ruben 'Abu Bakar' merupakan pria berkebangsaan Australia yang awalnya adalah seorang Atheis atas didikan orangtuanya. Satu tahun yang kelam dalam hidupnya membuatnya bertanya apa arti kehidupan ini. Pertanyaan tersebut mengantarkannya pada petualangan rohani dan mulai menyelidiki beragam keyakinan. Ruben meneliti segala aspek spiritualitas dari sisi agama.
Dalam pencariannya, dia menemukan ada agama yang kitabnya terdistorsi dan interpretasinya membingungkan, ada agama yang konsep Ketuhanannya perlu dikoreksi, dan ada agama yang hanya sekedar gaya hidup yang baik, bukan agama dari Tuhan. Lebih jauh lagi, Ruben ingin mendapatkan bukti, bukan sekedar pengalaman rohani.
Akhir pencarian Ruben mengantarkannya pada Islam, setelah dia menuntut tanda dan akhirnya dia memahami bahwa tanda-tanda tersebut telah ditunjukkan kepadanya. Bagaimana kisah lengkapnya? ini adalah ceramah kesaksian Ruben yang telah berganti nama menjadi Abu Bakar. berikut jika anda menginginkan lebih banyak manusia di bumi ini memahami tanda Kebesaran dan Keberadaan-Nya.
berikut versi teksnya dari kami dengan sedikit penyuntingan:
*****
Sederhananya ceritaku dimulai pada tahun pertama aku kuliah. Aku menjalani tahun dimana banyak masalah menerpaku, orangtuaku bercerai tahun itu. Anjingku mati, itu merupakan hari yang menyedihkan. Subhanallah.
Aku mendapat 2 kali kecelakaan mobil dalam jangka 2 minggu. Dan menyedihkannya temanku juga meninggal tahun itu. Tahun itu membuatku berpikir, "Kenapa aku disini? Apa tujuan kehidupan? Kenapa aku harus bangun di pagi hari? Kenapa aku peduli? Kenapa aku tidak duduk di sofa dan menonton TV saja?"
Aku mulai bertanya tentang tujuan hidup, dan hal itu menuntunku untuk memulai sedikit petualangan rohani. Secara naluriah sebagai orang Aurstralia, hal pertama yang kulakukan yaitu meneliti Kristen.
Aku punya beberapa teman Kristen dan aku ingat bepergian ke camping gereja. Itu salah satu camping terlucu yang pernah kuikuti sepanjang hidupku. Setiap orang bernyanyi, aku tidak tahu kata-katanya, aku tidak tahu apa yang kuucapkan. Mereka mempunyai suara yang indah tapi terasa aneh. Dan setiap orang berkata bahwa betapa Tuhan mencintaiku. Aku berpikir, "Tuhan mencintaiku? Anjingku mati." Subhanallah.
(penonton tertawa)
Aku terus meneliti Kristen dan aku meneliti seluruh aspek berbeda dari Kekristenan, jadi kita membicarakan tentang Katolik, Anglican Baptist, pendeta, pastor. Setiap kali aku pergi ke sana dan bertanya, aku perhatikan mereka tidak mengambil Bible dan mulai berkata, "Inilah jawabannya saudaraku." Mereka langsung menjawabku saja dari pendapat mereka sendiri. Dan aku mulai menyadari ada banyak interpretasi dari Kekristenan dan banyak orang mempunyai penjelasan masing-masing. Seorang pendeta dari suatu gereja percaya akan satu aspek Kekristenan sementara yang lain berbeda pendapat dengannya. Jadi aku mulai berpikir sendiri, Bible merupakan satu buku tapi begitu banyak perbedaan dan itu membingungkan.
Pada waktu itu aku berada pada tahun pertama kuliah, aku juga bekerja di sebuah pom bensin, salah satu kerja paruh waktuku. Dan salah satu teman kuliahku seorang Hindu, orang Hindu dari India. Kita sering berganti shift dan pada saat itu aku sangat ingin tahu dan aku berkata padanya, "Kawan, apa masalahnya dengan manusia kepala-gajah? Kenapa Tuhan itu mempunyai kepala gajah?" Dia berkata, "Itu Ganesha." Aku berkata, "Kau bahkan dapat menggantinya dengan kepala singa atau sesuatu yang sedikit lebih baik?"
(penonton tertawa)
Kau tahu, ini sungguh merupakan debat agama yang dalam sementara orang-orang membeli bensin. Dan sekali lagi kurasa itu sukar dipahami. Jadi kuputuskan untuk menganalisis lebih jauh. Temanku adalah seorang Mormon, agama ini sebenarnya lebih menarik bagiku daripada hampir semua agama Kristen. Gereja dari 'Latter Day Saints'. Mereka cukup ketat, mereka tidak minum alkohol, mereka tidak minum kafein. Sayangnya mereka cukup suka cola, karena kutahu orang Lebanon suka cola.
(penonton tertawa)
Tapi sekali lagi ada pengalaman rohani baru yang harus kujalani sebelum menganut agama ini dan kurasa aku tak suka hanya mendapatkan pengalaman rohani, aku ingin bukti. Aku juga meneliti Yudaisme. Apakah kalian percaya? Nama asliku sebelum Abu Bakar adalah Ruben. Jadi jika kau kemungkinan menonton film Hollywood, kau melihat Rubenstein, dan mereka mungkin berpikir bahwa aku seorang Yahudi dan berkata, "Orang ini adalah satu dari kita." Tapi sekali lagi kau tahu, aku tidak menemukan apa yang sedang kucari.
Terakhir, aku mencoba Buddha dan kurasa ini adalah agama yang akan kupilih. Kupikir ini hebat. Mereka mempunyai banyak orang kulit putih yang membuatku tertarik. Dan mereka tampak bersatu dengan alam dan itu yang menurutku paling menarik. Tapi semakin aku melihatnya, kusadari itu bukanlah sebuah agama Tuhan, itu hanya sebuah gaya hidup yang baik.
Dan salah satu teman baikku yang menganut Kristen berkata, "Katakan padaku agama yang telah kau teliti." Jadi kukatakan semua, "Yudaisme, Kristen, Taosisme, Buddha, Hindu." Dan dia berkata, "Bagaimana dengan Islam?" Aku berkata, "Islam? Mereka teroris. Aku tak akan meneliti agama itu. Mereka gila! Kenapa juga aku harus meneliti agama itu."
(penonton tertawa)
Tapi, setelah beberapa waktu, aku berjalan ke sebuah masjid suatu hari. Ini adalah perjalanan abadiku. Jadi aku berjalan lurus, masih pakai sepatu, terus melewati karpet untuk shalat. Ada saudara Muslim yang shalat, aku berjalan di depannya seiring dia bersujud, aku mungkin menginjak kepalanya. Subhanallah! Aku tidak tahu apa yang sedang kulakukan.
(penonton tertawa)
Kulihat ke belakang dan kulihat orang ini. Kau mungkin kenal orang ini. Dia Abu Hamza. Dia datang ke sini dan berceramah beberapa kali. Subhanallah, aku memanggilnya Abu Da'n karena dia mempunyai jenggot yang sangat besar, Masya Allah. Dia berjalan ke arahku dan aku berpikir, "Hari ini aku akan mati. Ini adalah hari terakhir hidupku. Aku seorang yang telah mati. Aku seorang pria kulit putih di Leb-land (Lebanon). Apa yang harus kulakukan? AKu akan mati"
(penonton tertawa)
Dia terus berjalan bagaikan berjalan di Gurun Sahara, sebuah abaya yang besar, sebuah jenggot yang besar. Tapi Subhanallah, kata-kata pertama yang dia ucapkan adalah, "Selamat siang kawan! Apa kabarmu?"
(penonton tertawa)
Subhanallah, aku sangat terkejut karena keramahannya. Sebagai orang Australia, aku tak ingin membuat tersinggung orang Australia disini, tapi didikanku berasal dari didikan negaraku. Orangtuaku membesarkanku sebagai seorang Atheis. Mereka dibesarkan sebagai Kristen. Mereka terpaksa pergi ke gereja tiap minggu dan mereka membenci setiap menitnya. Jadi ketika kami lahir, mereka menanamkan pada otak kami bahwa, "Ketika kau mati, selesai sudah, itu saja. Tidak ada akhirat, tidak ada Tuhan, itu semua bohong." Jadi aku dibesarkan sebagai Atheis.
Sehingga ketika aku berjalan dan aku melihat Abu Hamza berbicara padaku dengan sangat sopan yang mana aku sangat bersyukur, karena aku yakin telah melihatnya pada berita jam 5 sedang membajak sebuah pesawat di hari sebelumnya.
(penonton tertawa)
Orang Australia juga ramah, jangan salah paham, tapi orang Lebanon adalah orang paling ramah yang pernah kutemui. Dan seiring Abu Hamza berbicara, saudara-saudara yang lainnya membuatkanku secangkir teh. Jujur saja, aku harus bolak-balik ke toilet setiap 5 menit. Mereka terus saja menyediakan teh untukku dan biskuit. Aku tak pernah dijamu seperti ini sebelumnya. Dan kupikir di sisi lain, aku terus kembali karena biskuitnya, dan juga karena agama.
(penonton tertawa)
Jadi ketika aku duduk bersama dengan saudara-saudara ini aku pun mulai bertanya. Kutanya segala pertanyaan yang pernah kuajukan kepada pendeta, pastor, teman-temanku. Dan Subhanallah, hal yang paling menyentuhku adalah setiap aku bertanya, mereka tidak hanya menjawab. Mereka mengambil Al-Qur'an dan berkata, "Baca ini bro, bacalah." Dan disana ada jawabannya kapanpun aku bertanya.
Dan aku bertanya pertanyaan lainnya, kau tahu, pertanyaan yang sulit, bukan pertanyaan yang mudah, "Kenapa wanita harus mengenakan kerudung? Kenapa dengan hijab? Bagaimana bisa aku boleh punya 4 isteri tapi wanita tidak boleh punya 4 suami?" Aku ingin tahu segala pertanyaan sulit yang merupakan pertanyaan yang akan kau ajukan ketika kau baru tahu tentang Islam.
Setelah sekian lama, mereka terus menjawab pertanyaannya dengan Al-Qur'an, bukan dari pendapat pribadi mereka dan aku jadi frustasi karenanya. Dan sebenarnya aku berkata pada salah satu saudara Muslim. Dalam waktu ini, aku telah bolak-balik ke sana untuk sekian minggu, di sana selalu ada beberapa saudara Muslim ketika aku pergi. Dan aku berkata pada salah satu saudara Muslim, "Apa pendapatmu tentang masalah ini? Kenapa kau tidak memberikan pendapatmu?" Dan salah satu saudara Muslim berkata padaku, "Aku tidak boleh memberikan pendapatku karena ini adalah firman Tuhan."
Subhnallah, aku ingat itu sangat mengena bagiku. Jadi aku bertanya pada mereka jika aku dapat membawa sebuah Al-Qur'an. Dan aku tidak berkata bahwa aku akan meninggalkannya di sofa atau sesuatu seperti itu. Aku berkata aku akan menghormati kitab itu. Aku membawanya pulang dan mulai membacanya. Apa yang kutemukan selagi membacanya adalah tidak seperti aku sedang membaca sebuah cerita. Itu terasa seperti seseorang memberiku perintah, seseorang memberiku petunjuk.
Di suatu malam, aku memutuskan untuk mencoba dan membuat sebuah suasana rohaniah. Aku yakin salah seorang dari kalian pernah mendengar cerita ini, jadi aku mohon maaf. Aku menyalakan lilin, membiarkan jendela terbuka, gorden terbuka. Aku mencoba untuk benar-benar merasakan nuansa rohani. Hari itu adalah malam musim panas di Melbourne. Dan aku duduk disana berpikir, "Ini dia! Inilah malamnya."
Aku telah menyelidiki semua bukti rohani, semua bukti ilmu pengetahuan tentang fakta bahwa gunung adalah penyangga bumi, tentang bagaimana embrio berkembang dalam janin wanita, semuanya adalah bukti yang menakjubkan tapi aku masih butuh sedikit dorongan. Ini terasa seperti aku berada di pinggir sebuah tebing, aku siap melompat, aku hanya butuh sebuah dorongan.
Jadi aku duduk disana dan terasa sangat sunyi. Aku sedang membaca Al-Qur'an dan berhenti. Aku berkata, "Allah, inilah saatnya. Inilah waktunya aku memasuki Islam, apa yang aku butuhkan hanyalah tanda. Hanya sebuah tanda kecil, tidak usah besar, mungkin sebuah kilat, mungkin setengah rumahku ambruk, atau kau tahu, yang kecil. Kecil untuk-Mu, Kau yang menciptakan bumi, ayolah." Jadi aku duduk disana. Aku sedang menunggu kemungkinan api lilinnya melompat 4 meter di udara seperti di film-film.
(penonton tertawa)
Dan aku berkata, "Oke, ayolah!" Dan Subhanallah, tidak ada apa-apa. Benar-benar tidak ada apapun terjadi. Sejujurnya aku sangat kecewa. Aku berkata lagi, "Allah, inilah kesempatan-Mu. Aku disini. Aku tidak pergi kemanapun. Aku akan memberi-Mu kesempatan lain. Mungkin Kau sedang sibuk. Mungkin Kau sedang mengatur dunia karena ada banyak hal terjadi." Mungkin kali ini hanya seperti karpet yang terbang, kau tahu sesuatu yang kecil, lupakan saja tentang rumah atau lilin. Atau seekor burung bisa kentut di luar, aku tak peduli, apapun itu. Jadi aku berkata, "Oke, ayolah!"
(penonton tertawa)
Dan Subhanallah, benar-benar tidak ada apapun yang terjadi, bahkan aku tidak dapat berkata, "Oh itu dia. Temboknya jadi retak, itu dia!" Benar-benar tidak ada yang terjadi. Aku sangat kecewa. Aku cemberut. Aku duduk disana berpikir sudahlah, ini kesempatan terakhirku, Islam, dan aku benar-benar belum menemukannya.
Aku meraih Al-Qur'an lagi dan membacanya kembali. Subhanallah, ayat berikutnya di halaman selanjutnya, "Untuk kalian yang meminta petunjuk, tidakkan telah Kami tunjukkan? Lihatlah disekitarmu. Lihatlah bintang-bintang. Lihatlah matahari. Lihatlah air. Inilah tanda-tanda untuk orang yang berpengetahuan." Dan Subhanallah..
(penonton bertepuk tangan)
Aku menutupi kepalaku dan berpura-pura aku sedang tidur, setakut itulah aku. Aku tak percaya betapa sombongnya aku menginginkan tandaku sendiri sementara tanda-tanda sudah ada di sekelilingku sekian lama. Fakta kita punya dunia ini, fakta adanya ciptaan, inilah tanda-tanda bagi kita.
Hari berikutnya aku memutuskan inilah saatnya aku menjadi Muslim. Sejujurnya aku telah meneliti Islam selama kurang lebih 6 bulan. Aku pergi ke masjid dan berkata pada diriku sendiri, "Inilah saatnya. Aku akan mengucapkan syahadat." Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Aku tak tahu apa kata-katanya. Hari itu dekat dengan Shalat Isya, mungkin jam 7 atau jam 8 malam. Aku masuk ke dalam dan aku tidak percaya ada sekitar 1.000 orang di dalam masjid. Aku berpikir, "Subhanallah, lihatlah agama ini, lihat betapa kuatnya mereka!" Itu adalah malam pertama Ramadhan. He.. He..
(penonton tertawa)
Jadi aku duduk disana dan aku akui aku sangat gugup. Aku harus berdiri dan orang ini berkata padaku, "Kau harus mengucapkan kata-kata ini bro, 'Ash-hadu...'." Dan aku katakan, "Apa? Ash apa? Bisakan dalam bahasa Inggris saja?" Orang itu mengatakan, "Tidak, kau harus mengatakannya dalam bahasa Arab." Dan aku berpikir lihatlah semua lautan jenggot ini dan aku harus mengatakannya di depan mereka. Dan aku berpikir, "Jika aku mengatakannya dengan salah, maka aku akan mati lagi." Aku punya ketakutan ini, kau tahu. Mereka menatapku dan kau tahu, orang Australia tidak bisa menatap, orang Lebanon bisa menatap. Jadi aku duduk disana, aku sangat takut.
(penonton tertawa)
Aku berdiri dan Subhanallah, seiring aku mengucapkan kata-kata itu semua ketakutan menghilang dari pikiranku. Terasa seperti shower ada dalam kepalaku dan seorang menyalakan air dinginnya. Terasa seakan aku telah dibasuh bersih. Aku ucapkan kata-katanya dan aku tak menduga begitu banyak saudara Muslim menghampiri dan, "Takbir! Allahuakbar!" dan mulai menciumku dan memelukku. Aku tidak pernah dikecup oleh begitu banyak pria seumur hidupku.
(penonton tertawa)
Tapi itu adalah hari yang indah, harus kuakui. Dan hari itu adalah hari dimana aku mendapat lebih banyak saudara daripada yang pernah kubayangkan, begitu juga lebih banyak saudari. Sejak saat itu aku tak pernah melihat kebelakang. Keluargaku begitu khawatir bahwa aku akan menjadi sedikit aneh, bahwa aku akan menembakkan Ak-57 dan meledakkan granat. Tapi mereka akhirnya menyadari bahwa agama ini membuatku menjadi orang yang lebih baik.
Sebelum masuk Islam, kau takkan percaya apa yang kupunya di rumahku. Ya benar. Aku takkan menunjukkanmu foto apapun. Aku punya pangkat militer, aku punya kaos Metallica, aku punya The Cherry Docs. Aku mengejutkan, benar? Kupikir aku terlihat hebat tapi sebenarnya aku terlihat buruk. Alhamdulillah, setelah masuk Islam aku berpenampilan baik, sama baiknya seperti sekarang. Tidak, jangan tertawa tolong.
Tapi orangtuaku adalah yang pertama kali mengatakan padaku, yang membuatku kagum. Bapakku sebenarnya menanyaiku tentang Al-Qur'an baru-baru ini yang membuatku sangat bahagia, karena aku selalu berpikir dia orang yang keras kepala. Tapi dia berkata padaku, "Sejak kau menjadi Muslim, kau menjadi orang yang lebih baik. Kau lebih dapat diandalkan, aku dapat mengandalkanmu untuk datang menjemputku ketika mobilku rusak." Dimana sebelumnya aku berkata, "Ayah, aku minum-minum semalam." Aku tak tahu apakah aku masih mabuk.
***
| QS. An-Nahl' 16:9-18
9. Dan hak bagi Allah (menerangkan) jalan yang lurus, dan di antara jalan-jalan ada yang bengkok. Dan jikalau Dia menghendaki, tentulah Dia memimpin kamu semuanya (kepada jalan yang benar).
10. Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu.
11. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.
12. Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya),
13. dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran.
14. Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.
15. Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk,
16. dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk.
17. Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran.
18. Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Maha Benar Allah Dengan Segala Firman-Nya
Akhir pencarian Ruben mengantarkannya pada Islam, setelah dia menuntut tanda dan akhirnya dia memahami bahwa tanda-tanda tersebut telah ditunjukkan kepadanya. Bagaimana kisah lengkapnya? ini adalah ceramah kesaksian Ruben yang telah berganti nama menjadi Abu Bakar. berikut jika anda menginginkan lebih banyak manusia di bumi ini memahami tanda Kebesaran dan Keberadaan-Nya.
berikut versi teksnya dari kami dengan sedikit penyuntingan:
*****
Sederhananya ceritaku dimulai pada tahun pertama aku kuliah. Aku menjalani tahun dimana banyak masalah menerpaku, orangtuaku bercerai tahun itu. Anjingku mati, itu merupakan hari yang menyedihkan. Subhanallah.
Aku mendapat 2 kali kecelakaan mobil dalam jangka 2 minggu. Dan menyedihkannya temanku juga meninggal tahun itu. Tahun itu membuatku berpikir, "Kenapa aku disini? Apa tujuan kehidupan? Kenapa aku harus bangun di pagi hari? Kenapa aku peduli? Kenapa aku tidak duduk di sofa dan menonton TV saja?"
Aku mulai bertanya tentang tujuan hidup, dan hal itu menuntunku untuk memulai sedikit petualangan rohani. Secara naluriah sebagai orang Aurstralia, hal pertama yang kulakukan yaitu meneliti Kristen.
Aku punya beberapa teman Kristen dan aku ingat bepergian ke camping gereja. Itu salah satu camping terlucu yang pernah kuikuti sepanjang hidupku. Setiap orang bernyanyi, aku tidak tahu kata-katanya, aku tidak tahu apa yang kuucapkan. Mereka mempunyai suara yang indah tapi terasa aneh. Dan setiap orang berkata bahwa betapa Tuhan mencintaiku. Aku berpikir, "Tuhan mencintaiku? Anjingku mati." Subhanallah.
(penonton tertawa)
Aku terus meneliti Kristen dan aku meneliti seluruh aspek berbeda dari Kekristenan, jadi kita membicarakan tentang Katolik, Anglican Baptist, pendeta, pastor. Setiap kali aku pergi ke sana dan bertanya, aku perhatikan mereka tidak mengambil Bible dan mulai berkata, "Inilah jawabannya saudaraku." Mereka langsung menjawabku saja dari pendapat mereka sendiri. Dan aku mulai menyadari ada banyak interpretasi dari Kekristenan dan banyak orang mempunyai penjelasan masing-masing. Seorang pendeta dari suatu gereja percaya akan satu aspek Kekristenan sementara yang lain berbeda pendapat dengannya. Jadi aku mulai berpikir sendiri, Bible merupakan satu buku tapi begitu banyak perbedaan dan itu membingungkan.
Pada waktu itu aku berada pada tahun pertama kuliah, aku juga bekerja di sebuah pom bensin, salah satu kerja paruh waktuku. Dan salah satu teman kuliahku seorang Hindu, orang Hindu dari India. Kita sering berganti shift dan pada saat itu aku sangat ingin tahu dan aku berkata padanya, "Kawan, apa masalahnya dengan manusia kepala-gajah? Kenapa Tuhan itu mempunyai kepala gajah?" Dia berkata, "Itu Ganesha." Aku berkata, "Kau bahkan dapat menggantinya dengan kepala singa atau sesuatu yang sedikit lebih baik?"
(penonton tertawa)
Kau tahu, ini sungguh merupakan debat agama yang dalam sementara orang-orang membeli bensin. Dan sekali lagi kurasa itu sukar dipahami. Jadi kuputuskan untuk menganalisis lebih jauh. Temanku adalah seorang Mormon, agama ini sebenarnya lebih menarik bagiku daripada hampir semua agama Kristen. Gereja dari 'Latter Day Saints'. Mereka cukup ketat, mereka tidak minum alkohol, mereka tidak minum kafein. Sayangnya mereka cukup suka cola, karena kutahu orang Lebanon suka cola.
(penonton tertawa)
Tapi sekali lagi ada pengalaman rohani baru yang harus kujalani sebelum menganut agama ini dan kurasa aku tak suka hanya mendapatkan pengalaman rohani, aku ingin bukti. Aku juga meneliti Yudaisme. Apakah kalian percaya? Nama asliku sebelum Abu Bakar adalah Ruben. Jadi jika kau kemungkinan menonton film Hollywood, kau melihat Rubenstein, dan mereka mungkin berpikir bahwa aku seorang Yahudi dan berkata, "Orang ini adalah satu dari kita." Tapi sekali lagi kau tahu, aku tidak menemukan apa yang sedang kucari.
Terakhir, aku mencoba Buddha dan kurasa ini adalah agama yang akan kupilih. Kupikir ini hebat. Mereka mempunyai banyak orang kulit putih yang membuatku tertarik. Dan mereka tampak bersatu dengan alam dan itu yang menurutku paling menarik. Tapi semakin aku melihatnya, kusadari itu bukanlah sebuah agama Tuhan, itu hanya sebuah gaya hidup yang baik.
Dan salah satu teman baikku yang menganut Kristen berkata, "Katakan padaku agama yang telah kau teliti." Jadi kukatakan semua, "Yudaisme, Kristen, Taosisme, Buddha, Hindu." Dan dia berkata, "Bagaimana dengan Islam?" Aku berkata, "Islam? Mereka teroris. Aku tak akan meneliti agama itu. Mereka gila! Kenapa juga aku harus meneliti agama itu."
(penonton tertawa)
Tapi, setelah beberapa waktu, aku berjalan ke sebuah masjid suatu hari. Ini adalah perjalanan abadiku. Jadi aku berjalan lurus, masih pakai sepatu, terus melewati karpet untuk shalat. Ada saudara Muslim yang shalat, aku berjalan di depannya seiring dia bersujud, aku mungkin menginjak kepalanya. Subhanallah! Aku tidak tahu apa yang sedang kulakukan.
(penonton tertawa)
Kulihat ke belakang dan kulihat orang ini. Kau mungkin kenal orang ini. Dia Abu Hamza. Dia datang ke sini dan berceramah beberapa kali. Subhanallah, aku memanggilnya Abu Da'n karena dia mempunyai jenggot yang sangat besar, Masya Allah. Dia berjalan ke arahku dan aku berpikir, "Hari ini aku akan mati. Ini adalah hari terakhir hidupku. Aku seorang yang telah mati. Aku seorang pria kulit putih di Leb-land (Lebanon). Apa yang harus kulakukan? AKu akan mati"
(penonton tertawa)
Dia terus berjalan bagaikan berjalan di Gurun Sahara, sebuah abaya yang besar, sebuah jenggot yang besar. Tapi Subhanallah, kata-kata pertama yang dia ucapkan adalah, "Selamat siang kawan! Apa kabarmu?"
(penonton tertawa)
Subhanallah, aku sangat terkejut karena keramahannya. Sebagai orang Australia, aku tak ingin membuat tersinggung orang Australia disini, tapi didikanku berasal dari didikan negaraku. Orangtuaku membesarkanku sebagai seorang Atheis. Mereka dibesarkan sebagai Kristen. Mereka terpaksa pergi ke gereja tiap minggu dan mereka membenci setiap menitnya. Jadi ketika kami lahir, mereka menanamkan pada otak kami bahwa, "Ketika kau mati, selesai sudah, itu saja. Tidak ada akhirat, tidak ada Tuhan, itu semua bohong." Jadi aku dibesarkan sebagai Atheis.
Sehingga ketika aku berjalan dan aku melihat Abu Hamza berbicara padaku dengan sangat sopan yang mana aku sangat bersyukur, karena aku yakin telah melihatnya pada berita jam 5 sedang membajak sebuah pesawat di hari sebelumnya.
(penonton tertawa)
Orang Australia juga ramah, jangan salah paham, tapi orang Lebanon adalah orang paling ramah yang pernah kutemui. Dan seiring Abu Hamza berbicara, saudara-saudara yang lainnya membuatkanku secangkir teh. Jujur saja, aku harus bolak-balik ke toilet setiap 5 menit. Mereka terus saja menyediakan teh untukku dan biskuit. Aku tak pernah dijamu seperti ini sebelumnya. Dan kupikir di sisi lain, aku terus kembali karena biskuitnya, dan juga karena agama.
(penonton tertawa)
Jadi ketika aku duduk bersama dengan saudara-saudara ini aku pun mulai bertanya. Kutanya segala pertanyaan yang pernah kuajukan kepada pendeta, pastor, teman-temanku. Dan Subhanallah, hal yang paling menyentuhku adalah setiap aku bertanya, mereka tidak hanya menjawab. Mereka mengambil Al-Qur'an dan berkata, "Baca ini bro, bacalah." Dan disana ada jawabannya kapanpun aku bertanya.
Dan aku bertanya pertanyaan lainnya, kau tahu, pertanyaan yang sulit, bukan pertanyaan yang mudah, "Kenapa wanita harus mengenakan kerudung? Kenapa dengan hijab? Bagaimana bisa aku boleh punya 4 isteri tapi wanita tidak boleh punya 4 suami?" Aku ingin tahu segala pertanyaan sulit yang merupakan pertanyaan yang akan kau ajukan ketika kau baru tahu tentang Islam.
Setelah sekian lama, mereka terus menjawab pertanyaannya dengan Al-Qur'an, bukan dari pendapat pribadi mereka dan aku jadi frustasi karenanya. Dan sebenarnya aku berkata pada salah satu saudara Muslim. Dalam waktu ini, aku telah bolak-balik ke sana untuk sekian minggu, di sana selalu ada beberapa saudara Muslim ketika aku pergi. Dan aku berkata pada salah satu saudara Muslim, "Apa pendapatmu tentang masalah ini? Kenapa kau tidak memberikan pendapatmu?" Dan salah satu saudara Muslim berkata padaku, "Aku tidak boleh memberikan pendapatku karena ini adalah firman Tuhan."
Subhnallah, aku ingat itu sangat mengena bagiku. Jadi aku bertanya pada mereka jika aku dapat membawa sebuah Al-Qur'an. Dan aku tidak berkata bahwa aku akan meninggalkannya di sofa atau sesuatu seperti itu. Aku berkata aku akan menghormati kitab itu. Aku membawanya pulang dan mulai membacanya. Apa yang kutemukan selagi membacanya adalah tidak seperti aku sedang membaca sebuah cerita. Itu terasa seperti seseorang memberiku perintah, seseorang memberiku petunjuk.
Di suatu malam, aku memutuskan untuk mencoba dan membuat sebuah suasana rohaniah. Aku yakin salah seorang dari kalian pernah mendengar cerita ini, jadi aku mohon maaf. Aku menyalakan lilin, membiarkan jendela terbuka, gorden terbuka. Aku mencoba untuk benar-benar merasakan nuansa rohani. Hari itu adalah malam musim panas di Melbourne. Dan aku duduk disana berpikir, "Ini dia! Inilah malamnya."
Aku telah menyelidiki semua bukti rohani, semua bukti ilmu pengetahuan tentang fakta bahwa gunung adalah penyangga bumi, tentang bagaimana embrio berkembang dalam janin wanita, semuanya adalah bukti yang menakjubkan tapi aku masih butuh sedikit dorongan. Ini terasa seperti aku berada di pinggir sebuah tebing, aku siap melompat, aku hanya butuh sebuah dorongan.
Jadi aku duduk disana dan terasa sangat sunyi. Aku sedang membaca Al-Qur'an dan berhenti. Aku berkata, "Allah, inilah saatnya. Inilah waktunya aku memasuki Islam, apa yang aku butuhkan hanyalah tanda. Hanya sebuah tanda kecil, tidak usah besar, mungkin sebuah kilat, mungkin setengah rumahku ambruk, atau kau tahu, yang kecil. Kecil untuk-Mu, Kau yang menciptakan bumi, ayolah." Jadi aku duduk disana. Aku sedang menunggu kemungkinan api lilinnya melompat 4 meter di udara seperti di film-film.
(penonton tertawa)
Dan aku berkata, "Oke, ayolah!" Dan Subhanallah, tidak ada apa-apa. Benar-benar tidak ada apapun terjadi. Sejujurnya aku sangat kecewa. Aku berkata lagi, "Allah, inilah kesempatan-Mu. Aku disini. Aku tidak pergi kemanapun. Aku akan memberi-Mu kesempatan lain. Mungkin Kau sedang sibuk. Mungkin Kau sedang mengatur dunia karena ada banyak hal terjadi." Mungkin kali ini hanya seperti karpet yang terbang, kau tahu sesuatu yang kecil, lupakan saja tentang rumah atau lilin. Atau seekor burung bisa kentut di luar, aku tak peduli, apapun itu. Jadi aku berkata, "Oke, ayolah!"
(penonton tertawa)
Dan Subhanallah, benar-benar tidak ada apapun yang terjadi, bahkan aku tidak dapat berkata, "Oh itu dia. Temboknya jadi retak, itu dia!" Benar-benar tidak ada yang terjadi. Aku sangat kecewa. Aku cemberut. Aku duduk disana berpikir sudahlah, ini kesempatan terakhirku, Islam, dan aku benar-benar belum menemukannya.
Aku meraih Al-Qur'an lagi dan membacanya kembali. Subhanallah, ayat berikutnya di halaman selanjutnya, "Untuk kalian yang meminta petunjuk, tidakkan telah Kami tunjukkan? Lihatlah disekitarmu. Lihatlah bintang-bintang. Lihatlah matahari. Lihatlah air. Inilah tanda-tanda untuk orang yang berpengetahuan." Dan Subhanallah..
(penonton bertepuk tangan)
Aku menutupi kepalaku dan berpura-pura aku sedang tidur, setakut itulah aku. Aku tak percaya betapa sombongnya aku menginginkan tandaku sendiri sementara tanda-tanda sudah ada di sekelilingku sekian lama. Fakta kita punya dunia ini, fakta adanya ciptaan, inilah tanda-tanda bagi kita.
Hari berikutnya aku memutuskan inilah saatnya aku menjadi Muslim. Sejujurnya aku telah meneliti Islam selama kurang lebih 6 bulan. Aku pergi ke masjid dan berkata pada diriku sendiri, "Inilah saatnya. Aku akan mengucapkan syahadat." Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Aku tak tahu apa kata-katanya. Hari itu dekat dengan Shalat Isya, mungkin jam 7 atau jam 8 malam. Aku masuk ke dalam dan aku tidak percaya ada sekitar 1.000 orang di dalam masjid. Aku berpikir, "Subhanallah, lihatlah agama ini, lihat betapa kuatnya mereka!" Itu adalah malam pertama Ramadhan. He.. He..
(penonton tertawa)
Jadi aku duduk disana dan aku akui aku sangat gugup. Aku harus berdiri dan orang ini berkata padaku, "Kau harus mengucapkan kata-kata ini bro, 'Ash-hadu...'." Dan aku katakan, "Apa? Ash apa? Bisakan dalam bahasa Inggris saja?" Orang itu mengatakan, "Tidak, kau harus mengatakannya dalam bahasa Arab." Dan aku berpikir lihatlah semua lautan jenggot ini dan aku harus mengatakannya di depan mereka. Dan aku berpikir, "Jika aku mengatakannya dengan salah, maka aku akan mati lagi." Aku punya ketakutan ini, kau tahu. Mereka menatapku dan kau tahu, orang Australia tidak bisa menatap, orang Lebanon bisa menatap. Jadi aku duduk disana, aku sangat takut.
(penonton tertawa)
Aku berdiri dan Subhanallah, seiring aku mengucapkan kata-kata itu semua ketakutan menghilang dari pikiranku. Terasa seperti shower ada dalam kepalaku dan seorang menyalakan air dinginnya. Terasa seakan aku telah dibasuh bersih. Aku ucapkan kata-katanya dan aku tak menduga begitu banyak saudara Muslim menghampiri dan, "Takbir! Allahuakbar!" dan mulai menciumku dan memelukku. Aku tidak pernah dikecup oleh begitu banyak pria seumur hidupku.
(penonton tertawa)
Tapi itu adalah hari yang indah, harus kuakui. Dan hari itu adalah hari dimana aku mendapat lebih banyak saudara daripada yang pernah kubayangkan, begitu juga lebih banyak saudari. Sejak saat itu aku tak pernah melihat kebelakang. Keluargaku begitu khawatir bahwa aku akan menjadi sedikit aneh, bahwa aku akan menembakkan Ak-57 dan meledakkan granat. Tapi mereka akhirnya menyadari bahwa agama ini membuatku menjadi orang yang lebih baik.
Sebelum masuk Islam, kau takkan percaya apa yang kupunya di rumahku. Ya benar. Aku takkan menunjukkanmu foto apapun. Aku punya pangkat militer, aku punya kaos Metallica, aku punya The Cherry Docs. Aku mengejutkan, benar? Kupikir aku terlihat hebat tapi sebenarnya aku terlihat buruk. Alhamdulillah, setelah masuk Islam aku berpenampilan baik, sama baiknya seperti sekarang. Tidak, jangan tertawa tolong.
Tapi orangtuaku adalah yang pertama kali mengatakan padaku, yang membuatku kagum. Bapakku sebenarnya menanyaiku tentang Al-Qur'an baru-baru ini yang membuatku sangat bahagia, karena aku selalu berpikir dia orang yang keras kepala. Tapi dia berkata padaku, "Sejak kau menjadi Muslim, kau menjadi orang yang lebih baik. Kau lebih dapat diandalkan, aku dapat mengandalkanmu untuk datang menjemputku ketika mobilku rusak." Dimana sebelumnya aku berkata, "Ayah, aku minum-minum semalam." Aku tak tahu apakah aku masih mabuk.
***
| QS. An-Nahl' 16:9-18
9. Dan hak bagi Allah (menerangkan) jalan yang lurus, dan di antara jalan-jalan ada yang bengkok. Dan jikalau Dia menghendaki, tentulah Dia memimpin kamu semuanya (kepada jalan yang benar).
10. Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu.
11. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.
12. Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya),
13. dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran.
14. Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.
15. Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk,
16. dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk.
17. Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran.
18. Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Maha Benar Allah Dengan Segala Firman-Nya