Islam adalah agama Abrahamik monotheistik yang didirikan oleh Nabi Muhammad pada abad ke-7 di kota Mekah, Arab Saudi. Islam memiliki lebih dari satu miliar pengikut di seluruh dunia dan menjadi agama terbesar kedua setelah Kekristenan.
Ajaran Islam didasarkan pada Al-Quran, kitab suci Islam, dan Hadis, catatan tentang kehidupan Nabi Muhammad dan pengikutnya. Salah satu ajaran penting Islam adalah bahwa terdapat satu Allah yang Maha Kuasa dan pengikut Islam harus mematuhi lima kewajiban utama atau Rukun Islam, yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat, melakukan sholat lima waktu sehari semalam, membayar zakat, puasa di bulan Ramadhan, dan melakukan haji ke Mekah setidaknya sekali seumur hidup jika mampu.
Selain itu, Islam mengajarkan nilai-nilai seperti kesederhanaan, tolong-menolong, kejujuran, kasih sayang, dan menghormati orang lain. Muslim diharapkan untuk hidup dengan mematuhi ajaran Islam dan mengikuti tuntunan Nabi Muhammad dalam kehidupan sehari-hari.
Ajaran Islam didasarkan pada Al-Quran, kitab suci Islam, dan Hadis, catatan tentang kehidupan Nabi Muhammad dan pengikutnya. Salah satu ajaran penting Islam adalah bahwa terdapat satu Allah yang Maha Kuasa dan pengikut Islam harus mematuhi lima kewajiban utama atau Rukun Islam, yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat, melakukan sholat lima waktu sehari semalam, membayar zakat, puasa di bulan Ramadhan, dan melakukan haji ke Mekah setidaknya sekali seumur hidup jika mampu.
Selain itu, Islam mengajarkan nilai-nilai seperti kesederhanaan, tolong-menolong, kejujuran, kasih sayang, dan menghormati orang lain. Muslim diharapkan untuk hidup dengan mematuhi ajaran Islam dan mengikuti tuntunan Nabi Muhammad dalam kehidupan sehari-hari.
“Nabi Muhammad dilahirkan di Makkah pada Tahun Gajah yaitu pada tanggal 12 Rabi’ul Awal atau pada tanggal 21 April (570 atau 571 Masehi). Nabi Muhammad merupakan seorang anak yatim sesudah ayahnya Abdullah bin Abdul Muthalib meninggal ketika ia masih dalam kandungan dan ibunya Aminah binti Wahab meninggal dunia ketika ia berusia 7 tahun. Kemudian ia diasuh oleh kakeknya Abdul Muthalib. Setelah kakeknya meninggal ia diasuh juga oleh pamannya yaitu Abu Thalib. Nabi Muhammad kemudiannya menikah dengan Siti Khadijah ketika ia berusia 25 tahun. Ia pernah menjadi penggembala kambing.” jelas Agung saat menyampaikan kultumnya kepada siswa/siswi MTs N 1 Banjarnegara.
Sebagaimana diketahui, Nabi Muhammad pernah diangkat menjadi hakim.pada usia 35 tahun, kota mekkah dilanda banjir, Ia tidak menyukai suasana kota Mekah yang dipenuhi dengan masyarakat yang memiliki masalah sosial yang tinggi.
Selain menyembah berhala, masyarakat Mekah pada waktu itu juga mengubur bayi-bayi perempuan. Nabi Muhammad banyak menghabiskan waktunya dengan menyendiri di gua Hira untuk mencari ketenangan dan memikirkan masalah penduduk Mekah.
“Ketika Nabi Muhammad berusia 40 tahun, ia didatangi oleh Malaikat Jibril. Setelah itu ia mengajarkan ajaran Islam secara diam-diam kepada orang-orang terdekatnya yang dikenal sebagai As-Sabiqun al-Awwalun (Orang-orang pertama yang memeluk agama Islam) dan selanjutnya secara terbuka kepada seluruh penduduk Mekah, setelah turun wahyu al-quran surat al hijr ayat 94.” tambahnya.
Pada tahun 622, Nabi Muhammad dan pengikutnya pindah dari Mekah ke Madinah. Peristiwa ini dinamai Hijrah. Semenjak peristiwa itu dimulailah Kalender Islam atau kalender Hijriyah.
Penduduk Mekah dan Madinah ikut berperang bersama Nabi Muhammad dengan hasil yang baik walaupun ada di antaranya kaum Islam yang tewas. Lama kelamaan para muslimin menjadi lebih kuat, dan berhasil menaklukkan Kota Mekah. Setelah Nabi Muhammad wafat, seluruh Jazirah Arab di bawah penguasaan Islam.
Islam adalah ajaran universal
Islam itu universal (syumūl) yang meliputi semua zaman, kehidupan dan eksistensi manusia. Islam adalah risalah semua zaman. Islam adalah risalah yang dibawa para nabi sejak Nabi Adam as. Sampai nabi terkahir yakni Nabi Muhammad saw. Yang misinya adalah menyerukan kepada tauhidullah dan menjauhi thagut. Allah SWT berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghutitu.” (Q.S. Al-Nahl/16: 36).
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
“Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku”. (Q.S. Al-Anbiya/21: 25).
Pernyataan para Nabi bahwa mereka semua muslim bisa dilihat antara lain dalam Q.S. Yunus/10: 72, 84, Al-Baqarah/2: 128, 132, Yusuf/12: 101, Al-A’raf: 126, An-Naml/16: 31, Ali Imran/3 :52 dan lain-lain.
Islam adalah risalah bagi seluruh alam semesta
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ قُلْ إِنَّمَا يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَهَلْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. Katakanlah: “Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku adalah: “Bahwasanya Tuhanmu adalah Tuhan yang Esa. Maka hendaklah kamu berserah diri (kepada-Nya)“. (Q.S. Al-Ambiya/21: 107-108).
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui” (Q.S. Saba’/34: 28)
Bahkan dalam Q.S. Al-Furqan/25: 1 dan Shad/38: 87 dikatakan bahwa Al-Qur’an sebagai peringatan bagi seluruh alam semesta.
Islam adalah agama dalam seluruh fase dan sektor kehidupan. Islam mengatur fase kehidupan manusia dari sebelum lahir, masa bayi, kanak-kanak, remaja, tua, bahkan setelah ia meninggal dunia. Tidak ada jenjang kehidupan yang berlalu begitu saja, kecuali Islam mempunyai bimbingan, arahan dan ketentuan di dalamnya. Demikian pula Islam merupakan risalah bagi manusia pada seluruh sektor kehidupan dan segala aktvitas kemanusiaanya, baik yang bersifat material ataupun spiritual, individu ataupun sosial, dan gagasan ataupun operasional. Islam menolak pemisahan kehidupan menjadi dua bagian (dikatomi). Konsep dikatomi ini awalnya berasal dari tokoh-tokoh nasrani yang menyandarkan statemenya kepada injil mereka, “ Berikanlah apa yang menjadi hak milik kaisar kepada kaisar, dan berikanlah apa yang menjadi hak milik Allah SWT kepada Allah SWT.” Penolakan Islam didasarkan pada argumentasi bahwa Islam menjadikan seluruh alam semesta beserta isinnya adalah mutlak milik Allah SWT. Allah SWT Berfirman:
أَلَا إِنَّ لِلَّهِ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ
“ Ingatlah, Sesungguhnya kepunyaan Allah semua yang ada di langit dan semua yang ada di bumi. (Q.S. Yunus/10: 66)
وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
“ . . . Padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.” (Q.S. Ali Imran/3: 83).
Oleh karenanya, Islam tidak memisahkan persoalan politik, negara, ekonomi dengan sistem dan akhlak Islam.
Oleh karena Islam yang dibawah oleh Nabi Muhammad saw, diturunkan untuk seluruh manusia dalam semua rentan waktu dan tempat (Q.S. Al-Anbiya’/21: 107), maka Islam secara otomatis mencakup segala aspek/bidang kehidupan, kapanpun dan dimanapun. Tidak ada aspek kehidupan yang dilupakan dalam Islam. Allah SWT berfirman:
مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ
“Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam Al-Kitab” (Q.S. Al-An’am/6: 38).
Di sini akan dijelaskan secara singkat tentang universalitas aspek ajaran islam:
a. Syumūliyah(universalitas) Aqidah Islam
Aqidah Islam bersifat universal karena mampu menjelaskan secara tuntas dan utuh terhadap seluruh masalah besar dalam persoalan kehidupan manusia, seperti masalahuluhiyyah (ketuhanan), alam semesta, manusia, nubuwwah (kenabian) dan tempat kembali (akhirat).
Aqidah Islam bersifat universal karena tidak pernah membagi manusia di antara dua tuhan, yakni: Tuhan kebaikan dan cahaya, dengan Tuhan kejahatan dan kegelapan seperti dalam agama Majusi. Atau tidak membagi manusia di antara Allah SWT dan setan yang dalam injil deiknal dengan sitilah “Pemimpin alam” dan “Tuhan kehidupan” dimana setan mempunyai kerajaan dunia sedang Allah SWT mempunyai kerjaan langit. Dalam Islam, setan tidak mempunyai kuasa terhadap manusia kecuali kekuatan menggoda, merayu dan menyeru kepada kejahatan dan kesesatan. Pengakuan syaitan sebagaimana digambarkan Allah SWT dalam Al-Qur’an:
وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلَّا أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي
“Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku.” (Q.S. Ibrahim/14: 22).
إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَ
“Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaanNya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya. Sesungguhnya kekuasaanNya (syaitan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya Jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah” (Q.S. al-Nahl/16: 99-100).
Aqidah Islam bersifat universal karena ia tidak hanya disandarkan pada instink atau perasaan semata sebagaimana filsafat-filsafat ketimuran dan aliran-aliran tasawuf, atau pada rasio akal pikiran semata sebagaimana filsafat-filsafat kemanusiaan yang menjadikan akal pikiran sebagai satu-satunya media untuk mengenal Allah SWT atau media untuk memecahkan berbagai persoalan kehidupan, tetapi Aqidah Islam disandarkan pada akal dan hati nurani secara bersamaan.
Aqidah Islam bersifat universal karena merupakan Aqidah yang utuh, tidak mengenal pemilah-pemilah. Seorang baru dikataknmu’min bila ia mengimani Allah dan segala aspek yang datang dari-Nya. Allah SWT berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَنْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَنْ يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا أُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقًّا وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُهِينًا
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan[373] antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: “Kami beriman kepada yang sebahagian dan Kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)”, serta bermaksud (dengan Perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan” (Q.S. Al-Nisa/4: 150-151)
b. Syumūliyah (universalitas) Syariat Islam (Ibadah dan Mu’Amalat)
Syari’at Islam mencakup tata aturan bagi individu, keluarga, sosial kemasayarakatan, negara dan hubungan international. Ibadah Islam dalam arti luas mencakup seluruh aspek keberadaan manusia. Seseorang muslim tidak beribadah kepada Allah SWT hanya dengan lisannya saja, atau anggota badannya saja, atau hatinya saja tanpa mengikutsertakan akal dan indranya. Tetapi dia beribadat dengan semuanya. Dengan hatinya dia berharap dan takut, dengan lisanya dia berdzikir dan berdo’a, dengan badannya dia shalat, puasa dan berjihad, dengan akalnya dia berfikir dan merenung, dan dengan indranya dia pergunakan sesuai dengan kehendak Allah SWT.
c. Syumūliyyah (universalitas) Akhlaq Islam
Akhlak Islam menjangkau seluruh aspek kehidupan manusia tanpa terkecuali, baik itu yang bersifat rohani maupun jasmani, intelektual atau instink, individual atau sosial, dan lain-lain.
Cakupan pembahasan akhlak Islam bisa dilihat sebagai berikut:
- Yang berkenan dengan individu dalam semua seginya, seperti: kebutuhan jasmani dan keterbatasanya (Q.S. 7: 31), potensi akal untuk menalar kejadian sekitarnya (Q.S. 10: 101), jiwa yang mempunya potensi suci dan kotor (Q.S. Al-Syams: 9-10).
- Aklak Islam yang berkaitan dengan kehidupan keluarga, seperti: hubungan antara suami istri (Q.S. 4: 19), hubungan dan tanggung jawab antara orang tua (Q.S. 17: 31) dan anak (Q.S. 46: 15), dan hubungan antar kerabat (Q.S. 16 dan 17: 26).
- Yang berkaitan dengan kemasayarakatan dan kenegaraan, seperti: adab bertamu (Q.S. 24: 27) dan menerima tamu (HR. Bukhari Muslim), etika melakukan transaksi jual-beli (Q.S. Al-Muthaffifin: 1-3) atau utang piutang (Q.S. 2: 282), politik dan pemerintahan (Q.S. 4: 58).
- Yang berkaitan dengan akhlak terhadap makhluk Allah SWT yang lain, seperti akhlak terhadap hewan (Q.S. 6: 38), tumbuhan dan lingkungan lainnya (Q.S 30: 41).
- Islam adalah ajaran yang moderat (wasthiyyah)/seimbang (tawazun)
- Yang dimaksud dengan moderat atau seimbang di sini adalah keseimbangan anatara dua hal yang saling berhadapan, di mana salah satu dari dua hal yang saling berhadapan, di mana salah satu dari keduanya tidak bisa berpengaruh dengan sendirinya dengan mengabaikan yang lain. Contoh dua hal yang saling brhadapan adalah antara: ruhiyyah (sipiritualisme) dengan maddiyah (materealisme), fardiyyah (individu) dengan jama’iyyah (kolektif), Waqi’iyyah (kontekstual) dengan mitsaliyyah (idealisme), dan antara tsabat (konsisten) dengan tathawwur (perubahan).
Penciptaan alam semesta beserta isinya adalah fenomena tawazun. Allah berfirman:
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”(Q.S. Al-Qamar/54:49)
لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا
“Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (Q.S. Al-Furqan/25: 2).
الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا مَا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِنْ تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِنْ فُطُورٍ
“Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang?” (Q.S. Al-Mulk/67: 3)
Alwatsiyyah dalam ajaran Islam
Dalam hal keyakinan, Islam adalah agama yang bukan dianut oleh kaum khurafat (yang berlebihan dalam keyakinan sehingga mempercayai sesuatu tanpa dalil) dan bukan pula oleh kaum maddiyyin (yang mengingkari segala sesuatu yang tidak dapat terjangkau oleh indra), tetapi Islam mengajak keyakinan apabila keyakinan itu memiliki dalil yang pasti dan kuat. (Q.S. 2: 111). Islam bukan bukan dianut oleh kaum atheis (sama sekali tidak percaya adanya Tuhan) dan bukan pula kaum polytheis (meyakini banyak Tuhan), tetapi Islam mengajak beriman pada Tuhan Yang Satu, Yang Maha Agung, Tidak ada sekutu baginya, Tidak beranak, dan tidak diperanakkan.
Dalam Ibadat dan syariat, Islam bukanlah agama yang hanya mementingkan sisi ibadah ritual dn menjauhi hal-hl yang bersifat kebutuhan manusiawi duniawi. Contoh yang sangat jelas seperi disebutkan dalam Q.S Al-Jumuah/62: 9-10.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”
Dalam sistem akhlak, Islam bukanlah agama yang menganggap manusia seperti malaikat, yang kemudian membuat aturan yang mustahi dapat dikerjakan oleh manusia, dan bukan pula menyamakan manusia dengan binatang yang kemudian membuat aturan tanpa aturan (bebas). Tetapi Islam memandang manusia sebagai Makhluk yang berakal memiliki petensi kebinatangan (nafsu syahwat dan instink)dan potensi kemalaikatan (spiritualis ruhani). Allah SWT berfirman:
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا0
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Q.S. Al-Syams: 7-10)
Inilah beberapa Alasan kenapa Allah SWT menyatakan bahwa yang namanya agama menurut Allah hanyalah Islam.
0 comments:
Posting Komentar