Berita Islami Masa Kini (BIMK) adalah sebuah komunitas yang beranggotakan organisasi-organisasi anggota, Driver Printer Panasonic, Brother, Driver Canon, Kyocera, Ricoh, Driver printer konika, dan masyarakat umum yang bekerja sama dalam mengembangkan standar Web Driver, Berita islam terkini, kumpulan situs berita islam ummat di indonesia

Sabtu, 18 Maret 2023

Bagaimana cara memulai mencari ilmu hadits?

Bagaimana cara memulai mencari ilmu hadits?

Pertanyaan

Apa pendapat anda tentang orang yang ingin mencari ilmu hadits? Bagaimana saya harus memulainya? Jawaban Perlu diketahui bahwa saya telah mempelajari aqidah secara mendalam, alhamdulillah, dan sekarang saya mendapati diri saya sangat tertarik untuk mempelajari hadits. Saya ingin memulai dan saya membutuhkan nasihat anda.

Bagaimana cara memulai mencari

Jawaban

Segala puji bagi Allah.

Kami dapat menyimpulkan nasehat kami dalam masalah metodologi menuntut ilmu hadits sebagai berikut: 

Pertama: 

Memberikan perhatian yang besar dalam menghafal nash-nash Sunnah Nabi, karena hal ini merupakan tujuan dan maksud para ulama dalam menetapkan semua ilmu hadits. Oleh karena itu, tidak dibenarkan bagi penuntut ilmu untuk melalaikan diri dari tujuan tersebut dengan sarana-sarana yang ada. 

Menghafal nash-nash sunnah Nabi dimulai dengan menghafal hadits-hadits yang disepakati oleh dua kitab shahih (Bukhari dan Muslim), kemudian menghafal hadits-hadits yang hanya diriwayatkan oleh Imam Bukhari saja, kemudian menghafal hadits-hadits yang hanya diriwayatkan oleh Imam Muslim saja. Hal ini akan mengantarkan pada tercapainya tahap pertama dan paling penting dalam membentuk mentalitas hadits pada diri seorang penuntut ilmu hadits. 

Setelah itu, ia melanjutkan dengan menghafal hadits-hadits tambahan selain yang terdapat dalam dua kitab Shahih, yaitu yang terdapat dalam kitab-kitab yang enam dan kitab-kitab musnad yang terkenal. Dia dapat mencari bantuan dalam hal ini dengan menggunakan banyak kitab yang di dalamnya terdapat riwayat-riwayat tambahan (zawa'id) yang dihimpun dan diklasifikasikan. 

Cara terbaik dalam menghafal adalah dengan mengulang-ulang ayat yang akan dihafalkan selama beberapa hari setelah hari pertama menghafalnya. Cara ini dianjurkan oleh az-Zarqani rahimahullah, beliau berkata 

"Hendaknya seorang penuntut ilmu mengulang-ulang hafalannya, karena dia tidak akan mampu menghafal dengan baik sebelum dia melakukan hal itu. Hendaknya ia mengulang hafalannya pada hari sebelumnya sebanyak lima kali, mengulang hafalannya pada hari sebelumnya sebanyak empat kali, mengulang hafalannya pada hari sebelumnya sebanyak tiga kali, mengulang hafalannya pada hari sebelumnya sebanyak dua kali, mengulang hafalannya pada hari sebelumnya sebanyak dua kali, dan mengulang hafalannya pada hari sebelumnya sebanyak satu kali. Hal ini akan membantunya dalam menghafal dan mengulang. Akhir riwayat. 

Ta'liq at-Ta'allum, hal. 60 

Jika seorang pelajar tidak mampu menghafal secara sempurna, maka hendaknya dia memperbanyak membaca hadits-hadits tersebut, agar dia bisa mengingatnya dan memahaminya secara sempurna.

Telah ada penjelasan secara rinci tentang hal ini pada jawaban soal no. 113469. 

Wajib bagi penuntut ilmu hadits untuk menghafal berbagai macam sanad dan apa saja yang bisa dihafalnya tentang nama-nama dan biografi para perawi. Sanad-sanad Sunnah Nabi dapat dibagi -dari segi ketersambungannya- menjadi tiga bagian: 

1.Sanad-sanad yang terkenal, yang melalui salah satu dari sanad-sanad tersebut ratusan hadits diriwayatkan dan dianggap sebagai salah satu jalur utama yang melaluinya Sunnah Nabi sampai kepada kita. Sesungguhnya tidak ada satu kitab pun di antara enam kitab yang tidak bersandar kepada mereka dan meriwayatkan banyak hadits dari mereka. Contohnya antara lain: 

  • Sanad kitab al-A'mash dari Dzakwaan Abu Shalih al-Sammaan, dari Abu Hurairah 
  • Sanad az-Zuhri, dari Abu Salamah bin Abdurrahman, dari Abu Hurairah. 
  • Sanad Hammaad bin Salamah, dari Tsabit bin Aslam, dari Anas. 
  • Sanad Ubaidullah bin Umar Al-'Umari, dari Nafi', dari Ibnu Umar. 

Rangkaian sanad ini, yang di dalamnya terdapat ratusan riwayat, dapat ditemukan dalam kitab Tuhfatul Ahkam karya Imam Al Mazzi. 

Seorang pelajar juga dapat mencari bantuan untuk menghafal para perawi dari sanad-sanad tersebut dari kitab Tabaqaatul Mukhtirina min Riwaayatul Hadits, karya Syaikh 'Aadil az-Zarqi, dengan pengantar dari 'Abdullah as-Sa'ad (terbitan Darul Kutub al-Ilmiyah). 

Jika seorang penuntut ilmu hadits memperhatikan sanad-sanad ini dan menghafalnya, kemudian mulai menghubungkan sanad-sanad ini dengan teks-teks yang telah dihafalnya dari kitab-kitab Sunnah, maka dia akan menanamkan dalam benaknya ratusan hadits dengan sanad-sanadnya. Dengan demikian, ia telah memulai tahap baru dalam memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang ilmu yang mulia ini. 

2.Kedua, sanad-sanad yang kurang terkenal, di mana terdapat puluhan riwayat yang diriwayatkan, namun di dalamnya terdapat beberapa masalah yang terkenal, seperti terputusnya sanad, kesamaran, tidak disebutkannya nama sahabat (riwayat mursal), dan sebagainya. Pelajar dapat mempelajari sebagian dari sanad-sanad tersebut dalam kitab Tuhfatut Tahdzib karya al-'Alaa'i. 

Jika seorang penuntut ilmu memperhatikan sanad-sanad tersebut dan mempelajari masalah-masalah yang berkaitan dengan sanad-sanad tersebut, maka dia akan mendapatkan banyak hal dalam cabang ilmu ini. 

3.Ketiga, sanad-sanad yang mungkar dan dha'if, yang mana banyak hadits-hadits yang diriwayatkan melalui sanad-sanad ini, dan yang harus diperhatikan oleh para penuntut ilmu, karena tidak sepatutnya seorang ahli hadits tidak mengetahui adanya hadits-hadits yang telah dikenal oleh para ulama hadits sebagai hadits yang lemah, cacat atau palsu. Untuk mencapai hal ini, maka sangat penting untuk terus membaca kitab Mausu'ah Al-I'tiqad karya Imam Adz Dzahabi, Al-Kaamil fi Dzauqil Ar-Rijaal karya Ibnu Adiyy dan Al Mausu'ah karya Ibnu Jauzi. 

Jika seorang penuntut ilmu Sunnah Nabi telah menghafal banyak nash-nash Sunnah, maka ia bisa mulai meneliti nash-nash tersebut dengan lebih teliti, mencari tahu tentang nash-nash yang samar dan sulit dipahami (gharibul hadits) dan perbedaan penafsirannya. Al-Khathib Al-Baghdaadi rahimahullah berkata: "Ilmu itu adalah pemahaman dan pengenalan, bukan hafalan dan banyak meriwayatkan.

Kutipan akhir dari kitab Al-Jami' li Akhlaaq Ar-Rawi, hal. 174 

Akan tetapi, seorang penuntut ilmu harus menyadari perlunya membatasi diri -di awal pencarian ilmu- pada syarah-syarah ringkas yang menjelaskan nash-nash yang sulit, dan tidak terlibat dalam kajian fikih dan masalah-masalah lain yang mungkin terlalu sulit dan menyita waktu bagi seorang penuntut ilmu. Dia sebaiknya membaca syarah ringkas seperti al-Mufhim lima Ashkila min Talkhish Shahih Muslim oleh Imam al-Qurtubi, al-Minhaj Syarh Shahih Muslim ibn al-Hajjaaj oleh Imam an-Nawawi. Dia dapat meringkas makna hadits dan penjelasan kosa katanya dari kitab-kitab tersebut dalam catatan yang ditulis dalam salinannya sendiri dari mana dia menghafal hadits tersebut, sehingga ketika dia mengulas apa yang telah dia hafal dari Sunnah Nabi, dia juga dapat membaca ringkasan penjelasan dari hadits tersebut, dengan demikian dia akan mendapatkan dua manfaat sekaligus. 

Adapun mempelajari masalah-masalah fiqih yang bersumber dari hadits, maka hal itu adalah masalah lain yang tidak perlu dipelajari dari syarah-syarah hadits, akan tetapi cukup dengan mempelajari kitab-kitab fiqih yang membagi masalah-masalah fiqih menjadi masalah-masalah besar dan masalah-masalah kecil sesuai dengan mazhab yang empat. 

Keempat: 

Adapun dalam ilmu-ilmu terminologi hadits (mustalahul hadits), maka kami nasehatkan kepada para penuntut ilmu untuk mengambil satu eksemplar kitab Tahrirul Ushulul Hadits karya Syekh Abdullah Al-Jauziyah, membacanya, menelaah dan menghafalkan isinya, karena kitab ini merupakan kitab perintis dalam bidangnya, yang memiliki keistimewaan dalam menjelaskan kaidah-kaidah ilmu-ilmu hadits dengan cara menelaah berbagai macam metode para pengkritik hadits, serta menelaah seluruh kaidah-kaidah yang ada di dalam kitab-kitab biografi. Ini merupakan tambahan dari kitab-kitab mustalah al-hadits lainnya. 

Jika kitab tersebut terlalu sulit bagi seorang pelajar atau dia masih pemula, maka hendaknya dia membatasi diri pada kitab Nuzhat an-Nazhar Syarh Tuhfatul Fikri karya al-Hafidz Ibnu Hajar, atau membuat ringkasan dari kitab Syekh Abdullah al-Jauziyah, lalu mempelajarinya, sehingga ketika dia telah memahaminya dengan baik, dia dapat melanjutkan untuk mempelajari kitab-kitab lain untuk menambah ilmunya, di antaranya yang paling utama adalah an-Nukat 'ala Ibnus Shalah karya al-Hafidz Ibnu Hajar dan Fathul Bari karya al-Hafidz as-Sakhaawi. 

Kelima: 

Penting juga untuk menyediakan waktu yang cukup untuk membaca dua jenis kitab lainnya: 

1.Kitab-kitab tentang 'ilal dan takhrij, yang merupakan aplikasi praktis dari ilmu-ilmu hadits, yang darinya seorang pelajar dapat melihat contoh-contoh hukum-hukum hadits dan penilaian terhadap hadits-hadits dan sanad-sanadnya, hal ini akan membukakan baginya lebih banyak lagi bidang-bidang penelitian dan kajian. 

2.Kajian-kajian kontemporer dari para pakar hadits, seperti kitab-kitab karya Al-Imam Abdurrahman Al-Mu'allimi rahimahullah dan karya-karya ilmiah para pakar. Kita hidup di masa - alhamdulillah - di mana terjadi kebangkitan minat terhadap ilmu-ilmu hadits yang tidak akan anda temukan pada masa-masa berikutnya dalam sejarah pengetahuan Islam. Banyak di antara kajian-kajian tersebut yang meliputi perdebatan akademis dan penelitian penting tentang topik-topik penting, yang tidak boleh diabaikan oleh para penuntut ilmu hadits, atau tidak diperhatikan oleh para penuntut ilmu hadits. Dengan membaca kajian-kajian kontemporer ini, ia akan mendapati bahwa pengetahuan dan pemahamannya akan bertambah, dan ide-ide baru akan muncul di benaknya yang membutuhkan penelitian dan pemeriksaan lebih lanjut, dan mungkin ia akan memainkan peran dalam mencapai hal itu.

 Di atas semua itu, dia harus mengingatkan dirinya untuk bertakwa kepada Allah Ta'ala, karena inilah tujuan dari semua ilmu, dan orang yang disibukkan dengan menuntut ilmu dari beramal, maka dia akan tersesat dan binasa. Akan tetapi, pengaruh menuntut ilmu harus dilihat dari kerendahan hati seorang pelajar, akhlak dan perilakunya yang baik terhadap manusia. 

Dari Al Hasan Al Bashri -raḍiyallāhu 'anhu-, beliau berkata 

Seorang pria akan mencari pengetahuan, dan segera hal itu akan terlihat dari kerendahan hatinya, perilakunya, dan cara dia berbicara dan bertindak. Kutipan akhir. 

Bagaimana Israel terpengaruh oleh pemulihan hubungan Saudi-Iran

Az-Zuhd, karya Abdullah bin Mubarak, no. 79 

Ibnu Shalah rahimahullah berkata: 

"Barangsiapa yang ingin memulai menuntut ilmu hadits atau mempelajari salah satu ilmu hadits, maka hendaknya ia memastikan niatnya dengan benar dan ikhlas, membersihkan hatinya dari tujuan-tujuan duniawi, serta berhati-hati dari fitnah kecintaan kepada kepemimpinan". Akhir kata. 

'Ushulul Hadits, hal. 213 

Dan Allah Maha Mengetahui.

Bagaimana cara memulai mencari ilmu hadits? Diposkan Oleh:

0 comments:

Posting Komentar