أعوذ بالله من الشيطن الرجيم
بسم الله الرحمن الرحيم
Saudaraku, ternyata amal baik yang dilakukan siapapun selama 500 tahun siang malam tetap tidak dapat menjamin masuknya surga bagi hamba yang bersangkutan. Mengapa? Mari kita perhatikan & renungkan!
berikut ini ada cerita bani israil, walaupun belum menemukan keshahihan riwayat dari cerita ini, semoga bisa diambil hikmahnya
Kutip: Di zaman Bani Israil, ada cerita tentang seseorang yang sejak kecil hingga akhir hidupnya, selalu dipenuhi dengan ibadah, waktunya tidak ada yang terbuang percuma, ia berkhalwat menjauhkan diri dari keramaian dunia semata mata untuk beribadah, maka bisa dibayangkan betapa banyak pahala yang dia peroleh.
Ketika dia wafat, Allahpun memasukkannya ke Surga dengan rahmat-Nya.
Setelah si Fulan ini tahu bahwa ia masuk surga bukan karena amalnya tetapi karena rahmat Allah semata, diapun “protes” kepada Allah.
“Ya Allah, mengapa saya masuk surga karena rahmat-Mu, kenapa bukan karena amal saya. Bukankah saya telah menghabiskan umur hanya untuk beribadah dan seharusnya saya masuk surga karena pahala-pahala yang saya peroleh dari amal-amal saya ?
Allah berfirman, “Rupanya kamu tidak puas dengan apa yang telah Aku berikan kepadamu ?
Baiklah, sekarang Aku akan hitung amal-amal ibadah yang telah kamu lakukan.
Memang pahala yang kamu peroleh sangat besar bahkan lebih besar dari gunung, tetapi ada beberapa kewajiban yang belum kamu laksanakan diantaranya mensyukuri segala nikmat-nikmat-Ku.
Pertama mulai kuhitung dari mata. Bukankah dengan rahmat-Ku berupa mata kamu bisa melihat dan membaca sehingga kamu memperoleh ilmu yang bisa kamu gunakan untuk ibadah.
Dengan mata pula kamu bisa melihat-lihat kebesaran-Ku sehingga kamu memuji-Ku yang menyebabkan kamu mendapat limpahan pahala dari-Ku.
Sekarang seberapa syukurmu atas nikmat-Ku yang berupa mata tadi. Bukankah pahala ibadahmu yang melebihi gunung tadi belum sebanding dengan nikmat yang Kuberikan ?,
meski itu baru ditimbang hanya dengan nikmat mata saja ?, belum yang lain.
Jika tumpuanmu ke surga-Ku adalah hanya amalmu, bukankah neraka lebih pantas menjadi tempatmu ?
Orang itu kemudian memohon ampun kepada Allah seraya mengakui bahwa dia masuk surga hakekatnya adalah karena rahmat Allah Swt. semata,
walaupun secara syariat adalah karena amal ibadah yang dilakukan dan dosa-dosa yang ditingalkan.
Dalam sebuah Hadits Riwayat Shahih Muslim yang cukup panjang, Diriwayatkan dari Muhammad Bin Mukadir, dan juga diriwayatkan oleh Jabir, Rasulullah datang kepada kami, lalu Rasulullah Muhammad SAW bersabda:
”Baru saja Jibril datang kepadaku tadi, Jibril berkata:
”Hai Muhammad, Demi Allah: ”Bahwasanya ada seseorang melakukan ibadah kira-kira lima ratus tahun diatas puncak sebuah gugung yang luas, panjangnya 30 X 30 hasta, dan lautan yang melingkar di sekitarnya seluas 4000 farsakh dari setiap penjuru, di bawah gunung tersebut terdapat sumber air jernih kira-kira satu jari lebarnya, dan terdapat pula pohon buah delima yang sengaja disediakan oleh ALLAH untuknya dimana setiap hari mengeluarkan buahnya satu biji.
Setiap sore sesudah berwudlu, buah tersebut diambil dan dimakan, kemudian dia melakukan shalat seraya berdo’a mohon diambil nyawanya ditengah tengah melakukan sujud, agar tubuhnya tidak tersentuh Bumi atau yang lainnya, hingga ia bangkit di hari kiamat tengah bersujud kepada ALLAH. Maka permohonannya dikabulkan ALLAH, karena itu setiap kami lewat (naik-turun Langit) pasti dia tengah bersujud.”
Lanjut Jibril:”Kami temukan tulisnya (ceritanya) di lauhil mahfudz, bahwa: ia akan dibangkitkan kelak dihari kiamat dalam keadaan masih tetap bersujud dan diajukan kepada ALLAH, FirmanNya:”Masukkanlah hamba-Ku ini ke sorga karena Rahmat-Ku.” Tetapi hamba itu menjawab: ”Melainkan karena amalku semata.”
Lalu ALLAH menyuruh Malaikat untuk menghitung semua amalnya dibanding nikmat pemberianNya, dan ternyata setelah penotalan amal keseluruhan selesai, dan dimulai dengan menghitung nikmatnya mata saja sudah melebihi pahala ibadahnya sepanjang 500 tahun, padahal nikmat-nikmat yang lain-lainnya jauh lebih besar dan berharga.
Lalu ALLAH berFirman: ”Lemparkan ia ke dalam Neraka.” Kemudian Malaikat membawanya dan akan dilemparkan ke dalam Neraka, tetapi di tengah perjalanan menuju Neraka, ia menyadari kekeliruannya dan menyesal seraya berkata:”Ya ALLAH, masukkanlah aku ke surga karena Rahmat-Mu.”
Akhirnya Firman-Nya kepada Malaikat:”Kembalikanlah ia.”
Lalu ditanya ia:”Siapakah yang menciptakan kamu dari asalnya (tiada)?.”
Jawabnya:”Engkau ya ALLAH.”
Lalu hal itu dikarenakan amalmu ataukah Rahmat-Ku?.”
Jawabnya:”Karena Rahmat-Mu.”
Siapakah yang menguatkanmu beribadah selama lima ratus tahun?.”
Jawabnya lagi:”Engkau ya ALLAH.”
“Dan siapakah yang menempatkan kamu diatas Gunung dikelilingi lautan di sekitarnya, dikaki Gunung tersebut memancar sumber air tawar, dan tumbuh pohon delima yang buahnya kau petik setiap sore, padahal menurut hukum adat, delima hanya berbuah sekali dalam setahun, lalu kau minta mati dalam keadaan bersujud, siapa yang melakukan itu semua?.”
Jawabnya:” Engkau ya ALLAH.” FirmanNya:”Maka sadarlah kamu, bahwa itu semua adalah semata karena Rahmat-Ku, dan sekarang Aku masukkan kamu ke surga semata karena Rahmat-Ku.”
Kemudian Jibril berkata:”Segala-galanya dia alam ini bisa terjadi/ada, semua hanya karena rahmat ALLAH semata.”
Mengapa ini semua bisa terjadi? Bukankah hamba itu sudah sedemikian rajinnya beribadah?Dari sini, ada beberapa pelajaran yang dapat kita ambil, diantaranya:1. Jangan terjebak dengan sombong / bangga / menyebut-nyebut / mengungkit amal kita
Kita semua tahu bahwa Iblis tadinya ialah golongan jin yang berhasil menjadi pemimpin para Malaikat dahulu kala. Banyak tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh para malaikat namun dapat diselesaikan oleh Iblis. Sekian juta tahun lamanya mengabdi & berprestasi hingga akhirnya perlahan menduduki jabatan tinggi sampai menjadi pemimpin para Malaikat. NAMUN, semua itu hancur lebur karena Iblis merasa LEBIH BAIK dibanding manusia.
Dalam beberapa ayat Qur'an:
QS.7 A'raaf:12. Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (hormat) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah".
QS.38 Shaad:76. Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah".
2. Agar kita merasa kurang beramal dan tetap terus beramal
Seseorang yang sudah merasa cukup amal maka sadar atau tidak maka dia menjadi agak kendur beramalnya karena sudah merasa kurang perlu beramal lagi
3. Lupakan amal baikmu, ingatlah dosamu
Ibarat pepatah: lupakanlah kebaikanmu, ingatlah kesalahanmu, karena engkau tidak tahu apakah amalmu diterima atau tidak dan engkau pun tak tahu dosamu sudah diampuni atau belum.
4. Sadar bahwa semua amal apapun yang telah kita lakukan maka tidak akan pernah dapat menebus nikmat yang telah Allah berikan pada kita.
Dalam sebuah Hadits:
Para Sahabat bertanya: Ya Rasul, jika aku telah mencukupi SEMUA kebutuhan orang tuaku, apakah itu berarti aku telah membalas jasanya?Rasulullah Muhammad SAW bersabda: Tidak, sekali-kali kamu tidak akan pernah dapat membalas jasa kedua orang tuamu.
JIKA MEMBALAS JASA PADA ORANG TUA SAJA KITA TIDAK AKAN PERNAH MAMPU, LALU DAPATKAH KITA MEMBALAS JASA YANG TELAH ALLAH BERIKAN PADA KITA???
5. Yang 500 Tahun ibadah siang puasa malam shalat tiap hari dengan kwalitas ibadah yang luar biasa saja belum tentu masuk surga, lalu bagaimana dengan kwantitas yang sedikit dan juga kwalitas shalat yang sedemikian rupa? Badannya shalat, namun pikiran melayang kemana-mana? Dzikir saja jarang apalagi puasa sepanjang ratusan tahun? Beranikah menjamin surga bagi kita pribadi?
6. Lalu bagaimana yang tidak pernah shalat? Aurat terbuka? Tidak berkerudung? Gosip sana-sini? Ganggu pasangan orang lain melalui Facebook? Browsing gambar & Film tidak karuan? Download ini & itu? Mubadzir waktu, tenaga? Mari saudaraku kita sama-sama mengingati sesama insan
Terlalu kecil amalan-amalan untuk sekedar mendapatkan tiket masuk surga
Lantas apa? Rahmat Allah pada kita,
Kasih SayangNya pada kita..
Masalahnya bagaimana mengundang Rahmat Allah tsb?
Yaitu dengan melakukan segala perintahNya dan menjauhi laranganNya
Jika kita telah berusaha melakukan segala amalan yang dicintai Allah
Tinggallah menunggu keputusanNya,akan diletakkan dimana kita..
Sebaik-baiknya tujuan seorang manusia dalam beribadah dan penghambaan kepada AllahRabbul’idzaati yaitu supaya Allah menurunkan rahmat-Nya. Karena bila Allah memberikan rahmat maka dipastikan itu akan turun beriringan dengan ridha Allah terhadap hamba-Nya, dan keluasan ridha-Nya jauh lebih besar dari Surga dengan segala isinya. Hal itu seperti yang difirmankan Allah dalam Al Qur’an di surat At Taubah (9) ayat 72, “Wa ridhwaanum minallaahi akbaru dzaalika huwal fauzul ‘azhiim.” Atau diartikan: Dan keridhaan daripada Allah adalah lebih besar; demikian itulah keberuntungan yang besar.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam sebuah hadits, “Lan yadhula ahadukumul jannata bi ‘amalihi”. Seseorang tidak akan masuk surga karena amalnya semata-mata. Kemudian salah seorang bertanya, “Wa laa anta yaa Rasuulallaahi?” Tidak pula engkau ya Rasulullah? Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, “Wa laa anaa illa an yataghamada niiyallaahu bi rahmatihi.” Tidak juga aku, kecuali jika Allah mengkaruniai aku dengan rahmat-Nya.
Juga di dalam surat Aali ‘imraan (3) ayat 142, Allah berfirman, “Am hasibtum an tadkhulul jannata wa lammaa ya’lamillaahul ladziina jaahaduu minkum wa ya’lamash shaabiriin.” Diterjemahkan sebagai: Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk Surga padahal belum nyata bagi Allah siapa orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.
Jadi apakah kita sebagai seorang hamba boleh beribadah kepada-Nya hanya supaya terhindar dari siksa api Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga? Dan apakah boleh kita beribadah semata-mata hanya untuk mengejar amal demi mendapatkan pahala supaya dapat masuk ke Surga dan dijauhkan dari adzab Neraka? Jawabannya adalah boleh saja. Namun alangkah lebih baiknya apabila kita beribadah kepada Allah tidak semata-mata hanya karena ingin dimasukkan ke dalam Surga, melainkan kita beribadah dikarenakan ingin mendapatkan rahmat dan ridha-Nya, karena itu adalah suatu sikap yang harus dimiliki oleh setiap hamba yang mengaku beriman kepada Allah Tabaraaka wa Ta’aala.
Mari, tetaplah dalam harap dan cemas pada Allah.
Baca juga:
Penciptaan Langit dan Bumi
7 Keajaiban Dunia dan 7 Keajaiban Allah
Manfaat Wudhu Bagi Kesehatan
Berharap agar amal diterima, agar dosa diampuni, namun cemas karena kurang amal, amal tidak diterima dan dosa tidak diampuni.