Awaluddin Ma'rifatullah(Awal Agama Mengenal Allah)
Adapun kita bertubuh akan Muhammad Bathin dan Zahir bertubuh akan Roh. Adapun jadi nyawa itu bertubuh kanan Idhafi Kadim (terdahulu), maka tidak lagi kita kenang tubuh dan zahir dan bathin itu, akan bernama Rahasia Ia Allah, Sir namanya kepada kita, karena rahasia itu Nur. Adapun sebenar-benarnya Sifatullahita’ala kepada kita adalah RahasiaNya yang dibicarakan Rahasia yang sebenarnya RahasiaNya yang kita ketahui.
Demikian juga jalan hakikat yang sebenarnya yang mengucap Allahu Akbar waktu kita shalat 5waktu itu, ialah Zat, Sifat, Asma, Af’al, Kudrat, Iradat, Ilmu, Hayat, itu nama Rahasia Allah Ta’ala namanya kepada kita, itulah yang mengucapkan Allahu Akbar tiada hati lagi, karena yang bernama Zat, Sifat, Asma, Af’al, Kudrat Iradat, Ilmu, Hayat itu nama Rahasia Allah Ta’ala namanya kepada kita.
Bathin dan dzahir kita akan memerintah diri,Demikian diri kita tadi yaitu Ruh. Ruh tadilah yang menerima perintah rahasia,dengan begitu berlakulah berbagai-bagai bunyi dan kelakuan di dalam shalat. Semua itu adalah perintah rahasia, maka perintah rahasia inilah Sirrullah. Karena Rahasia inilah kita dapat melihat Allah dan menyembah Allah serta hidup berbagai-bagai, itulah rahasia Allah kepada kita.
Firman Allah “MAN ‘ARA FANAFSAHU FAKAD’ARA FARABBAHU”
Artinya : Maka barang siapa mengenal dirinya, mengenal ia akan Tuhannya.
Untuk mengetahui ia akan asal Nabi Allah Adam, nasarnya Air, Api, Angin, Tanah. 4 (empat) inilah yang dijadikan Allah, maka turun kepada kita seperti Firman Allah Ta’ala, kita disuruh mengetahui :
Adapun tanah itu Tubuh kita
Adapun Api itu Darah kita
Adapun Air itu Air Liur kita
Adapun Angin itu Nafas kita.
Maka berdiri syari’at, adapun kejadian air itu Tarikat, kejadian api itu Hakikat, dan kejadian Angin itu Ma’rifat. Baginilah kita atau cara kita mengenal diri namanya.
Adapun tatkala kita tidur itu, adalah perintah Rahasia Allah, maka dari itu janganlah lagi kita kenang dan janganlah kita berkehendak atau panjang angan-angan dan jangan lagi diingat diri kita ini, karena tiada hayat lagi di waktu kita tidur itu, itu adalah Rahasia Allah.
Adapun perintah segala hati pada tengah-tengah hati berbagai bagai, adapun tempat rahasia itu di dalam jantung. Maka jikalau tiada rahasia Allah itu, tiadalah bathin dan zahir ini berkehendak, karena pada hakekatnya rahasia Allah itulah menjadi kehendak segala manusia dan binatang. Akan tetapi awas, jagalah hukum syara’ (syari’at) yang difardhukan pada kita, maka dari tiliklah dan perhatikan bersunguh-sungguh perkara yang tersebut di atas.
Maka barang siapa menilik sesuatu tiada melihat ia akan Allah di dalamnya, maka tiliknya itu batil atau syirik, karena ia tiada melihat akan Allah Ta’ala.
Berkata Saidina Abu Bakar Siddik r.a :
ﻮﻤﺎﺮﺍﻳﺖ ﺷﻳﺎﺀﺍﻶ ﻮﺮﺍﻳﺖﺍﷲ
Artinya : Tiada aku melihat akan sesuatu melainkan Allah yang aku lihat Allah Ta’ala terlebih dahulu.
Kata Umar Ibnu Khattab r.a :
“MAA RAAITU SYAIAN ILLA WARAAITULLAHU MA’AHU”
Artinya : Tiada aku lihat sesuatu melainkan aku lihat Allah kemudiannya.
Kata Usman Ibnu Affan r.a :
ﻮﻤﺎﺮﺍﻴﺕ ﺘﺒﻳﺎ ﺍﻶ ﻮﺮﺍﻴﺕ ﺍﷲ ﻤﻌﻪ
Artinya : Tiada aku melihat sesuatu melainkan yang aku lihat Allah besertanya.
Kata Ali Ibnu Abi Talib r.a :
ﻮﻤﺎﺮﺍﻴﺕ ﺷﻴﺎﺀﺍﻶ ﻮﺮﺍﻴﺕ ﺍﷲ ﻓﻴﻪ
Artinya : Tiada Ku lihat sesuatu kecuali Allah yang kulihat di dalamnya.
Maka perkataan para sahabat itu agar berbeda, akan tetapi maknanya bersamaan.
Firman Allah di dalam Al-Quraan yang berbunyi :
“WAHUWA MAAKU AINAMA KUNTUM”
Artinya : Ada hak Tuhan kamu
Firman Allah Ta’ala :
“WAHI AMPUSIKUM AFALA TUBSIRUN”
Artinya : Ada Tuhan kamu di dalam diri kamu, mengapa tidakkah kamu lihat akan Aku kata Allah, padahal Aku terlebih hampir dari padamu matamu yang putih dengan hitamnya, terlebih hampir lagi Aku dengan kamu.
Setelah dari itu hendaklah kita ketahui benar-benar akan diri ini mengapa kita ini menjadi hidup, melihat, mendengar, berkata-kata, kuasa memilih baik dan jahat, cuba renungkan sejenak, siapakah yang berbuat di balik kekuasaan kita ini.
Maka di sini kita kembalikan saja kepada pasal rahasia yang telah lalu, sebutannya pasti kita bertemu dengan Allah atau Mi’raj dengan Dia.
Maka barang siapa tiada mengetahui perkara ini, tiada sempurna hidupnya dunia dan akhirat dan jikalau dia beramal apa saja semua amalannya itu syirik, maka dari itu hendaklah kita ketahui benar-benar apa asalnya yang menjadi nyawa dan ruh itu.
Yang menjadi Nyawa dan Ruh itu adalah DZADTULLAHITA’ALA daripada Ilmunya dan Ruh sekalian alam.
Seperti sabda nabi kita “ANA ABUL BASYARI”
Artinya : Aku Bapak segala Ruh dan Bapak segala Tubuh
Bermula yang sebenarnya Ruh, tatkala di dalam tubuh, Nyawa namanya, tatkala ia berkehendak, Hati namanya, tatkala ia kuasa memperbuat, Akal namanya, maka kesemuanya itu adalah Rahasia Allah Ta’ala kepada kita semua. Maka barang siapa tiada tahu perjalanan ini, maka tiada sempurna hidupnya dunia dan akhirat.
Hidup ada nyawa itulah Muhammad dinamai akan dia bayang-bayang Ianya yang empunya bayang-bayang dan Idhafi, akan tetapi daripada Nur jua,sebab tiada diterima oleh akal jika bayang-bayang itu maujud sendirinya,jika ada yang empunya bayang-bayang ialah Allah Ta’ala sendirinya.
Demi Allah SWT dan Rasulullah,Islam dan Kafir, jikalau tiada tahu atau tiada percaya akan kejadian Nur itu perjalanan Roh, maka menjadi kafir lagi munafik. Karena apabila tiada tahu mengenal diri dan tiada tahu/tiada dapat membedakan antara Khalik dan Makhluk, maka amalan orang tersebut itu Syirik.
Peganglah nasihat seorang Al Arifbillah yang berbunyi sepeti dibawah ini :
“LATUHADDISUN NAASIBIMA LAMTUSLIHU AKWALAHUM ATURIDDUN AYYUKAZ ZIBULLAHAWARASULIH”
Artinya : Jangan kamu ajarkan akan manusia, akan ilmu yang tiada sampai akal mereka itu, adalah kamu itu nanti didustakannya oleh mereka itu Allah dan Rasulnya, maka orang itu kafir.
Jadi secara garis besarnya,bila ada seseorang misalnya, tidak biasa belajar Ilmu Usuluddin atau Sifat `20 (dua puluh) tidak boleh diajarkan akan Ilmu Rahasia yang tersebut di dalam buku ini.tidak akan faham,,
Wallahu’alam bisshawab.
0 comments:
Posting Komentar